Improving Quality Of Life

Visitor 15.845

Hits 805

Online 8

KATALOG KARYA
2011.2606 - 134.FAD
Cerita Bersambung - Cinta © 2011-10-17 : 16:21:37 (4569 hari 04:04:29 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » TENTANG RASA BAG-3 ± Cerita Bersambung - Cinta © fadly. Posted : 2011-10-17 : 16:21:37 (4569 hari 04:04:29 lalu) HITS : 1720 lyrict-lagu-pilihan-lama () kumpulan puisi mutiarasukma27
RESENSI : byJannatunMawaddah

"Malas...",jawabnyajujur."Kenapa?!Sakit?!""Nggak,hanyamalas"Tit....tit....tit....Terputus.DahiZeeberkerut.Heran.TakbiasanyaAgasepertiitu.Seringnyadiaakanmemaksa
by Jannatun Mawaddah

"Malas...", jawabnya jujur. "Kenapa?! Sakit?!" "Nggak, hanya malas" Tit....tit....tit.... Terputus. Dahi Zee berkerut. Heran. Tak biasanya Aga seperti itu. Seringnya dia akan memaksa Zee menemaninya.
Tak terima alasan apapun. Zee harus pergi bersamanya. Titik. Namun hari ini, hanya dengan alasan malas, Aga tak mengoceh lagi. Diletakkannya hp-nya di atas meja di sampingnya. "Es-krim?!" Aga tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.
Tangan kanannya menyodorkan Magnum Classic, dia sendiri sedang menikmati segelas coklat panas yg dipegangnya dengan tangan kirinya. Zee menatapnya takjub. Melihat gadis dihadapannya hanya diam sambil menatap aneh padanya, Aga menarik kursi di samping Zee, menaruhnya tepat di hadapan gadis itu lalu duduk di sana.
"Mau tidak?!", tanya Aga lagi. Tangan kanannya menggoyang-goyangkan Magnum itu tepat di depan mata Zee. Aga tau gadis dihadapannya itu adalah pencinta es krim sejati. Dia tak mungkin menolak godaannya.
Dan benar saja, Magnum itu sekarang sudah berada di tangan Zee. Beberapa detik kemudian gadis itu tak lagi peduli apapun, sibuk menikmati es krimnya tanpa menghiraukan Aga yg tanpa diketahuinya menatapnya tak berkedip.
Selalu seperti ini. Rasa nyaman yg sama. Rasa itulah yg didapatkannya setiap kali bersama Zee. Gadis itu, dengan caranya sendiri, entah bagaimana mampu memberikan kenyamanan untuknya.
Untuk itulah, setiap kali dia merasa suntuk, dia butuh Zee untuk menenangkannya. Dan itu harus karena hanya bersama gadis itulah dia benar-benar mendapatkan ketenangan. Itu pulalah alasan kenapa dia bisa berada di sini sekarang.
Zee menikmati jilatan terakhir es krimnya. Tak rela kehilangan setetes pun. Namun ujung matanya masih mampu menangkap pergerakan Aga yang sibuk merogoh saku celana kargonya. Beberapa detik kemudian dia berdiri, melangkah menjauhi Zee.
Es krim yg tadinya berhasil mengalihkan dunianya kini habis tak bersisa, membuatnya mampu memfokuskan diri pada sosok tegap di depannya yg kini sedang memunggunginya. "Ya Rin?!"
Aga menjawab panggilan di seberang. Terdiam lama. Yg terdengar kemudian oleh telinga Zee hanyalah tarikan nafas berat. "Baiklah, Aku segera ke sana". Aga mengakhiri percakapan.
"Aku balik dulu ya" Tanpa memandang ke arah Zee, Aga berpamitan, lalu menghilang. Zee menarik nafas, lebih berat dari tarikan nafas Aga yg tadi di dengarnya. Sepuluh menit kemudian raungan Kawasaki Ninja Aga memenuhi gendang telinga Zee memaksanya melirik ke arah teras rumah Aga yg dapat dilihatnya dengan jelas dari tempatnya duduk.
Detik berikutnya, sosok itu melintas cepat, berlalu dari jangkauan pandangan Zee. "Sudah mulai bosan dengan coklat?!", tanya Arif melihat potongan Blackforest di piring gadis itu masih utuh, belum disentuh.
Zee tersenyum, malas. Mana mungkin dia bosan dengan coklat?! Tak ada cara yang lebih sederhana menikmati hidup selain duduk santai di beranda rumahnya ditemani segala cemilan berbau coklat.
Tapi hari ini, dia seperti kehilangan selera. Dadanya sesak dipenuhi rasa kesal dan kecewa yg membuncah menjalar cepat dari dada menuju ubun-ubun, hampir meledak, menimbulkan pening di kepalanya.
"Dipesankan Cheese Cake saja ya?!". Arif baru saja akan mengangkat tangannya memanggil waitress ketika Zee menyendokkan potongan besar Blackforest ke dalam mulutnya.
Tangan Arif refleks turun dengan sendirinya, beralih ke air mineral di depannya, lalu disodorkannya pada Zee yg pipinya terlihat menggembung karena mulutnya dipenuhi kue. "Minum dulu, makannya pelan-pelan saja". Arif tampak khawatir melihat wajah gadis di depannya mulai memerah.
Zee meraih air yg disodorkan Arif, menenggaknya sedikit tergesa, membuatnya terbatuk-batuk, syukur tak menyembur Arif yg duduk di depannya. "Aga!!!!!!!!!!!", batinnya menjerit berharap kan menetralisir rasa yg menyesakkan dada.
Potongan besar Blackforest yg disendokkannya secara serampangan ternyata tak mampu meredam jengah yg bercokol di hatinya. Gadis itu kesal setengah mati. Pagi tadi, seperti biasa, kelakuan Aga yg suka seenaknya kambuh lagi.
Dia sedang mengikuti kuliah Pak Ling, dosen kesayangannya ketika dia mendapat SMS dari Aga, sebuah titah untuk menemaninya entah ke belahan dunia mana lagi. Tak boleh ada kata tidak.
Maka dengan terpaksa dia pun pergi juga. "Bodoh", batinnya kembali memaki diri sendiri. Dia sebenarnya tau hari itu pasti akan berakhir buruk. Hanya saja entah mengapa dia tak bisa menolak permintaan Aga.
Ralat, bukan permintaan, tapi pemaksaan. Dan dia benar-benar tak menyangka akhirnya ternyata amat sangat jauh lebih buruk dari yg sebelumnya. Aga membawanya ke sebuah Cafe. Zee takjub melihat dekorasi  Cafe itu.
Dindingnya seluruhnya berwarna cokelat pasta, warna yang bisa jadi membuat Cafe itu akan tampak suram, namun pemilihan barang-barang penghias ruangan itu yang kaya akan warna membuatnya terlihat menarik.
Unik. Akankah hari ini menyenangkan?! Zee pun awalnya berpikiran seperti itu. Apalagi cafe itu juga menyediakan ribuan koleksi buku yg menarik untuk dibaca. Surga untuk para penggila buku.
Zee baru saja hendak memuaskan dirinya mencari buku yg sekiranya sesuai seleranya namun tangan kokoh Aga menariknya ke dalam sebuah ruangan berdinding kaca. Tampaknya kedap suara.
Di dalamnya ada dua lemari kaca yang berdiri berdampingan menghadap pintu masuk, lemari yg juga kaca, di dalamnya tersusun rapi ratusan buku. Di tengah-tengah ruangan itu terhampar karpet berwarna coklat gelap.
Tak ada kursi, yg ada hanya beberapa bantal kecil berbagai warna, kontras dengan warna karpet serta sebuah meja ceper bergaya klasik. Ruangan itu kosong. Aga membuka pintu, masuk terlebih dulu, mengambil tempat, bukan untuk membaca, melainkan berbaring dalam posisi seperti biasa, telentang dengan dua tangan terlipat menyilang di belakang kepala. Menutup mata.
Zee melongo'. "Apa-apaan ini?!", bisiknya lirih. Dengan langkah sedikit disentak, kesal, dia masuk juga lalu menutup pintu di belakangnya. Melihat Aga yg betah dalam diamnya, Zee mencari kesenangannya sendiri, sibuk memilah-milih buku.
Di tengah kesibukannya, tiba-tiba Aga pamit keluar. "Bentar ya!". Gadis itu hanya bisa mengangguk. Pasrah. Setengah jam, Aga belum juga kembali. Dia mulai gelisah. Tak lagi berkonsentrasi pada buku yg sedang dibacanya.
Satu jam. Terlalu lama. Haruskah dia tetap sabar?! Tidak! Ditelponnya nomor Aga. Tidak aktif. Keterlaluan. "Kali ini tak kan ada kata maaf!", janjinya dalam hati namun kenyataannya dia masih betah menunggu sejam lagi setelah janji itu diikrarkannya dalam hati.


Share


Sulawesi-Selatan, 2011-10-17 : 16:21:37
Salam Hormat
Fadly Sang Jurnalis

Fadly Sang Jurnalis mulai gabung sejak tepatnya Senin, 2011-10-03 12:12:28. Fadly Sang Jurnalis dilahirkan di Bulukumba mempunyai motto MERAH PUTIH JIWA RAGA KU
Berita : 85 Karya
Puisi : 8 Karya
Laporan : 2 Karya
Cerita Bersambung : 4 Karya
Total : 99 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Fadly Sang Jurnalis


Isi Komentar Tentang Rasa bag-3 2606
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Tentang Rasa bag-3 2606 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Kehidupan ini tidak seindah yang kamu bayangkan, tetapi tidak juga seburuk yang kamu pikirkan
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti