tuan mahesa
bertahun lalu ku anyam awan dan mawar
hendak ku jadikan kelambu awan
inilah
setakat ini
bersegurat lentik menjadi pelangi dihati puan
kania
tapi,
tuan malik.
engkau lihat sendiri
pelangi ku berkecai
di amuk
di plasah
di humban kan rindu oleh sang penyair
berdarah
o,
tegamak
perih nian hasrat ini ku bawa
meski mampu menembus rindu di balik maya
tuan mahesa
tolong bantu aku
carikan penawar
gilang cempaka ia diberi nama
tiupkan diubun smangat ku
bakarkan di dupa hasrat
gelorakan cinta di pelabuhan hati menjadi
abadi
mahesa
wah .. alhamdulillah
ini rantaian syair yang bagus-bagus .... bisa
saya nikmati ditengah lelah dan penat sehabis
pulang dari rapat kerja ...
sip sip sip ....
saya suka sekali
lanjut bro
abdul malik
wahai kau yang selalu bersenandung mel
ody....
tahukah kau ...
ketika senja melata malam
dan rembulan terlena dikelambu awan
serta kejora bintang yang termenung ditepi
langit.
tahukah kau ketika itu....
ujung pena ku yang serupa pedang
gemetar diharu syair yang laksana bayang
meremang diombang-ambing cabaran hati.
tahukah kau.... wahai mel ody
hati yang galau dilamun risau
azam yang diharu jerabu..
ohhh..serupa inikah...setakat inikah
hati getir yang bersyair....
aan berdarah
aku adalah manusia masa lalu yang tersisa
aku tersingkir dibuang penuh luka
dan kini aku selalu mengembara
hingga tiba di mahdahmu yang sudah tentu
membuatku bangga
melody
kiranya darah semerah amarah syair
tunjukan ujung pena mu yang kau anggap
tameng
sudahlah..
kiranya darah ku yg mendahagakan syair
(malik.aan)
indah mu
tembusi jasad ku dengan azimat cemeti.
jika tidak
aku yang akan membelah kalimat wajah mu
dibisikan malam yg hampir pulang
abdul malik
aan penyair berdarah...
seperti apapun dirimu..
aku tak peduli..
kau telah memilih dirimu siapa..
kau juga yang mencari tahu
siapa dirimu....
sebagai apa pun dirimu...!
yang aku tahu
kau telah merangkaikan syair-syairmu
aku kagumi itu...
aku tak peduli
meski syairmu berakhir darah...
yang aku inginkan
madah syairmu senantiasa
kau torehkan dipustaka
istana mayaku ini....
sudikah kau...???
jika "tidak".....(aku kecewa)
segeralah berlalu dari hadapan ku
atau..angin tunggangan ku menghalaumu..
terima kasih saudaraku....tabik
aan berdara
seperti apa aku dimata/ seperti apa aku
didengar/ dan seperti apa aku
dirasa dariku yang buta akan siapa/ namun
sepertinya kita ditakdirkan untuk bersyair/ dan
syairku selalu berakhir dengan darah
manusia//
seperti apa aku dimata/ seperti apa aku
didengar/ dan seperti apa aku
dirasa dariku yang buta akan siapa/ namun
sepertinya kita ditakdirkan untuk bersyair/ dan
syairku selalu berakhir dengan darah
manusia//
abdul malik
untk saudara/i ku...mel dan kania.
syair-sayir ku ..
bisa jadi pedang yang tak bewarangka,
mungkin saja ia kan menebas jantung hatimu,
menorehkan luka yang perih,
semisal sepi.
padahal...
kuhadiahkan ia untuk mu
sebagai tanda persaudaraan,
untuk menghibur, mewartakan,
semisal mawar.
jikalau hatimu terluka,
pastilah kau bukan berdarah sendiri,
disempitnya labirin hidup,
tiada pilihan buat kita,
selain menerima dengan hati terbuka.
syairku bisa jadi belati,
terhujam di ulu hati,
kalau ia jadi bunga,
maka terbarkanlah aura dan aromanya.
anda (hari ini jam 4:05)
a. malik
mgp engkau brsembunyi duhai tuan?
melody
bukan pujian sanjung dipuja duhai puan
konon pula dewi bak permaisuri
engkau lihat kumbang dipucuk sari
betapa girang ketika malam datang bersama
kunang2 yg terbang
kania ahmad
ya tuhan, aku hanya seorang titisan bunda
hawa yang sahaja. jangankan bermadah indah
tuan pujangga, sekedar bertutur sapa saja,
diriku miskin kata papa kalimat. usah kau
junjung aku laksana dewi. sungguh pujianmu
terlalu tinggi tuan ody.
melody
kiranya madah hati mu termaktub di sunyi ini
lihatlah hai para pujangga (ninches, aan, dan
a.malik)
begitu banyak madah nan tersimpan dibenak
permata fikiran
tersimpan percuma
terlena
hingga banyak yg terlupa pada keminskinan
kata
wahai puan (kania) nan bestari
ku junjung tinggi takzim nan bersimpuh di
pucatnya purnama
aduhai sungguh lena ku terbuai
madah indah mu bak bernirmala
bernurnilamsari
sekali lagu ku sanjung tinggi syair mu di pintu
langit
kania ahmad
meski sayup, dendang syair hati malam tak
henti mengalun terdengar hingga di beranda
hatiku. begitu syahdu dan mendayu sedang
cinta tak pernah redup selama kita
menjaganya untuk tidak padam meski hanya
berupa bara yang telah sampai ke dasar.
biarkan purnama menepi karena janjinya pada
semesta.
tak apa, sebentar lagi pagi datang bersama
cahaya. berharap saja dia membawa
bingkisan mimpi indah sisa semalam.
salam untukmu pujangga ody, sayang sekali
aku tdk bisa menulis kata berupa madah.
karena aku terlahir bukan sebagai
pujanggawati. tetapi, terimakasih dirimu
memberiku kehormatan untuk menulis di sini.
yang jika ku lihat adalah kumpulan dari para
pujangga.
salam takzimku untuk semua.
melody
kiranya malam bersayair cinta
redup pandangan gulita berteman
ku suntingkan madah untuk pagi
rajuk bulan purnama menepi
disini ku menunggu hari bersyair rindu
tuanglah air yang bergurindam untuk ku
disini
yang termaktub diprasasti pesan bersama
ku nanti sedari dini.