Improving Quality Of Life

Visitor 14.998

Hits 777

Online 9

KATALOG KARYA
2010.316 - 64.MIS
Opini - Harmonisasi © 2010-12-27 : 12:43:25 (4841 hari 02:03:59 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » TEORITICAL FILOSOFIS RELATIVISME ± Opini - Harmonisasi © MIS. Posted : 2010-12-27 : 12:43:25 (4841 hari 02:03:59 lalu) HITS : 1861 lyrict-lagu-pilihan-lama
RESENSI : alamproyekrisetpatutdiketahuibahwadisertasitersebutperlumemenuhikesadaranterhadapkeberadaanilmupengetahuan,bisaberupaakuisisimaupunanalisis,dankualitasjugakepastiandari
alam proyek riset patut diketahui bahwa disertasi tersebut perlu memenuhi kesadaran terhadap keberadaan ilmu pengetahuan, bisa berupa akuisisi maupun analisis, dan kualitas juga kepastian dari kesimpulan yang mungkin saja didapatkan. Maka seorang periset patut menjelaskan pada pembaca apa filosofi yang dijadikan sebagai pendekatan. Misalnya apa itu positivisme, relativisme, atau rekonsiliasisme. Apakah pendekatan suatu riset adalah pendekatan induksi atau deduksi.
Dalam positivisme, guna mengetahui sesuatu, diperlukan observasi dan pengukuran. Pengamat harus memisahkan diri dari objek dan melihat fenomena dengan pandangan netral. Ini sangat mudah dipahami ketika berurusan dengan material tidak bergerak dan forces. Namun positivis ekstrim lebih lagi, mereka mengatakan bahwa fenomena dapat diobservasi, dapat dipahami, dan dijelaskan dengan logika jika saja cukup mengetahui kompleksitas situasinya. Misalnya, sebagai contoh, perkembangan kehidupan di muka bumi dapat benar-benar dijelaskan ketika mendapatkan cukup informasi dan pengalaman yang cukup untuk membawanya pada kesuksesan teori tentang proses.
Dalam positivisme terdapat pula beberapa asumsi yang mengikutinya, yakni:
1. Order: terdapat banyak pendapat bahwa jagad raya ini adalah sejenis order dan karenanya mungkin bagi kita untuk mencapai sebuah pemahaman dan mengijinkan kita untuk memprediksi. Namun harus diakui pula bahwa suatu fenomena seringkali terlalu rumit untuk dicari informasi yang cukup dan dipahami.
2. Realitas eksternal: bahwa setiap orang berbagi realitas yang sama dan bahwa kita semua tidak hidup di dunia yang berbeda yang mengikuti aturan yang berbeda pula. Meskipun banyak yang memperdebatkan nature of reality ini, positivis percaya bahwa ilmu pengetahuan selalu dapat diverifikasi dan dibagikan.
3. Reliabelitas: bahwa intelek manusia dan persepsinya bersifat reliable. Masing-masing dapat bergantung pada perasaan dan metode berpikir mereka.
4. 4. Parsimony: bahwa penjelasan probability tersederhana adalah yang terbaik. Formula Einstein E= mc2 adalah contoh teori yang bagus.
5. 5. Generalitas: bahwa hasilnya harus relevan tidak hanya satu kasus tertentu dalam satu waktu namun juga merupakan generalisasi dari lainnya.
Kebalikannya filosofi Relativisme berpendapat bahwa manusia terikat dengan kejadian-kejadian di dunia dan itu membuatnya mungkin bagi setiap orang untuk berdiri di suatu sisi dan mengamati sebagian “dari kejauhan”. Pendekatan ini pada dasarnya relevan ketika mempelajari apapun dalam masyarakat manusia. Metode ilmiah, sayangnya, terikat pada trek inkonsistensi, konflik dan kepercayaan, idealisme, dan perasaan yang terbentuk sebagai bagian penting dalam hidup manusia.
Terkait dengan parsimoni, relativis percaya hidup dan masyarakat tidak sesederhana dan seragam yang membuat penjelasan sederhana menjadi mungkin sebab simplikasi biasanya menyiratkan oversimplikasi. Kendati kerumitan tidak perlu dihindari, sungguh jarang terjadi dalam menyimpulkan suatu bentuk formula yang mendekati. Sementara dalam generalitas, relativis menolak keutamaan atau bahkan posibilitas dari mengkategorisasikan individual dan bahkan kelas. Sebab keunikan dari masing-masing manusia sangat sulit untuk memprediksikan masa depan dengan kondisi serupa.
Kemudian rekonsiliasionisme mencoba menemukan jalan tengah. Mereka menegaskan bahwa kita dapat mengetahui sesuatu tertentu yang membuat prediksi menjadi mungkin, misalnya teknologi dan subjek sains, namun mereka masih tidak dapat mengelak bahwa manusia–dengan segala komplikasi dan kegagalan inherensinya–begitu banyak subjek yang masih perlu diperdebatkan dan dipandang dengan intrepretasi yang berbeda pula. Roy Bhaskar yang menyatakan bahwa dalam dunia scientific, terdapat formasi strata yang menunjukkan adanya derajat penyelidikan scientific secara keseluruhan di mana setiap tingkatan (layer) scientific akan melengkapi pondasi scientific yang lain sehingga lebih kompleks. Sehingga tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan hukum-hukum ilmiah bidang studi tertentu untuk diterapkan dalam bidang studi lainnya, dengan catatan bahwa setiap bidang studi tentunya memiliki hukum tersendiri yang lebih “unik” dari bidang studi yang lain. Atas dasar hal tersebut, maka rekonsialis berpandangan, dalam dunia keilmuan pasti masih terdapat kesalingterhubungan yang kompleks di mana ilmu yang satu dapat “menunjang” pondasi ilmu yang lainnya. Oleh karena itu, penjelasan rekonsialist sering disebut juga sistem stratifikasi ilmu.
Sementara mendiskusikan masalah filosofi dalam sebuah riset, penting untuk mengetahui dua pendekatan: induksi dan deduksi. Metode-metode tersebut mengekspresikan struktur berpikir yang berlawanan. Dalam Oxford English Dictionary induksi didefinisikan sebagai interensi hukum umum dari instansi-intansi tertentu. Pendeta Moravian, Gregor Mendel (1822-84), mengatakan ketika kamu mengobservasi bertahun-tahun mengenai terciptanya bunga merah dan putih yang dengan ditanam dari generasi bibit tanaman itu sendiri, kamu mungkin akan sampai pada kesimpulan yang sama tentang rasio eksak karakteristik yang diturunkan terkait warna bunga.
Yang patut diperhatikan terdapat tiga kondisi yang harus terpenuhi dalam membuat generalisasi dari legitimasi observasi. Yang pertama harus dilakukan dalam sejumlah besar observasi, observasi harus diulangi lagi dalam sejumlah besar batasan dan kondisi, dan terakhir, tidak observasi yang harus kontradiksi dengan generalisasi yang sudah diterima.
Dalam pendekatan metode hipotetik-deduktif kekuatan difokuskan pada pemikiran deduktif dengan kekuatan observatif dari proses berpikir induktif. Metode ini diformulasikan oleh Karl Popper di tahun 1930 dan terdiri dari empat langkah proses dasar yang sederhana:
1. Indenfikasi dari sebuah masalah
2. Formulasi dari sebuah hipotesis atau solusi tentatif (sinonim dari sebuah teori dalam pemikiran deduktif)
3. Praktikal atau tes teoritikal dari hipotesis atau solusi (sinimin dengan observasi dalam pemikiran induktif)
4. Eliminasi atau penegasan dari hipotesis yang tidak berhasil atau solusi (ini merupakan langkah yang signifikan dalam proses ini).
Metode ini biasa diartikan sebagai sebagai “metode ilmiah”. Secara umum, hipotesis bagi sebuah problem riset lebih abstrak dalam alamiahnya dan darinya subhipotesis dapat diterima.
Pada akhirnya bagaimana kita bisa memastikan filosofi apa yang menjadi masalah dalam riset kita. Jika terdapat sejumlah besar data kuantitatif masuk maka kemungkinan pendekatan positivis yang mungkin menjadi dasar pemikiran natural atau hukum tak terelakkan yang mendeterminasi kejadian sosial dalam skala besar. Jika kita percaya bahwa ketidakpastian reaksi manusia dan kepercayaan beroperasi bahkan dalam skala besar maka mungkin pendekatan relativisme menjadi pilihannya. Metode ilmiah dapat digunakan sebagai pemeriksa data.
Kemudian memeriksa individual dan grup kecil, lebih kepada pendekatan relativis sebagaimana latar belakang dan tingkah laku yang mempersulit melihat situasi dari sisi netralnya. Namun seorang psikologis atau neurologis mungkin tidak setuju sebab selalu ada dasar biologikal sains murni dalam setiap tingkah laku kita.
Jika memeriksa hubungan antara manusia dan benda, seharusnya menggunakan skala besar via prinsip umum, misalnya desain office building; skala operasional dalam studi sistem, organisasi pekerja dalam sebuah proses manufaktur, atau skala kecil dalam studi praktikal, midalnya desain bantuan individual bagi orang yang tidak mampu. Bagaimana pendekatan yang diambil adalah bergantung kepada problem, even, tipe pengetahuan atau kerja yang melingkupinya.
Patut diingat juga bahwa saat memikirkan tentang tingkah laku filosofis yang telah dikembangkan pada subjek dari proyek kita, apa itu positivis, relativis, dan rekonsiliasionis adalah formula dasar dari sejumlah pendekatan yang dapat diambil.
DEVANIA ANNESYA, International Relations Analysis (METAN/ Analisis HI) >

Share


Jawa, 2010-12-27 : 12:43:25
Salam Hormat
MIS Mutiara Sukma

MIS Mutiara Sukma mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2011-04-24 21:23:51. MIS Mutiara Sukma dilahirkan di Bandung mempunyai motto Jadikan diri sebagai haadiah bagi kebaikan untuk sesama.
Berita : 242 Karya
Resensi : 30 Karya
Opini : 33 Karya
Puisi : 81 Karya
Cerita Pendek : 6 Karya
Sejarah : 2 Karya
Cerita Bersambung : 3 Karya
Laporan : 15 Karya
Prosa : 3 Karya
Biografi : 12 Karya
Wacana : 2 Karya
Filsafat : 48 Karya
Kisah Nyata khusus Privacy : 4 Karya
Pantun : 1 Karya
: 4 Karya
Lyrict : 1 Karya
Surat dari Hati : 68 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Total : 556 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS MIS Mutiara Sukma


Isi Komentar TEORITICAL FILOSOFIS RELATIVISME 316
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya TEORITICAL FILOSOFIS RELATIVISME 316 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Tidak ada kegagalan, hanya ada keberhasilan.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti