Improving Quality Of Life

Visitor 16.103

Hits 633

Online 5

KATALOG KARYA
2012.3214 - 143.SUA
Cerita Bersambung - Cinta © 2012-01-21 : 23:12:50 (4480 hari -11:57:45 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » JENDELA CINTA BAG-III ± Cerita Bersambung - Cinta © suaranurani. Posted : 2012-01-21 : 23:12:50 (4480 hari -11:57:45 lalu) HITS : 1666 lyrict-lagu-pilihan-lama () kumpulan puisi mutiarasukma16
RESENSI : Celah Kebaikan, Hanya sempat menjadi asap hingga buliran-buliran Rahmat menjadi perjalanannya yang sangat romantis.

 
   Suara Adzan telah berkumandang, bergema menakjubkan, gegas kedua insan itu,selagi menepi di gubuk bambu,

"Ian kita sholat dulu yu, cari mushola disekitar sini", tanya shinta yang membuat Rian kaget terpura-pura.

"Duh,Kirain cewek sejutek kamu M terus sepanjang waktu",jawab Rian sambil meledek genit.

"Sialan lho Ian, gini-gini juga, tentang agama aku jago, hiks mentang-mentang jenggot kamu panjang, nganggap remeh ama aku".Shinta yang menyahut sambil tertunduk malu dan tersipu.

"HaHaHaHa, iya deh, ayu kita gegas cari mushola,nti aku Tanya dulu disana kebetulan ada orang yang lagi nongkrong". Rian tertawa terbahak, sambil menunjuk Shinta dengan penuh senyuman.

   Kemudian mereka bergegas mencari tau dimana letak tempat suci yang terdekat. Sang Arjuna turun dari sepeda motornya, dan bertanya kepada salah satu orang yang nongkrong di kedai bambu.

"Assallammua'laikum kang,mau numpang tanya ?",

"kalau Mushola terdekat disebelah mana ya". Tanya Rian pada sang ibu yang sedang menjaga kedai minuman.

"wa'alaikum Salam, aduh Den agak jauh dari sini",

"kalau mau sholat disini saja, nanti saya siapkan, bersih kok den, takut tidak kebur magribnya". Sang Ibupun menjawab terlihat tanda-tanda kebaikan disorot matanya.

"Subhannallah Ibu, merepotkan tidak, aduh kami malu ibu".

"Oh iya Shinta, ibu menawarkan agar kita sholat di sini, bagaimana menurutmu,kenankah ?",

"Tak apa Rian, jika Ibu tidak merepotkan".Shinta menganggukkan sedikit kepalanya sebagai tanda kehormatan untuk Sang ibu di kedai itu.

"Aih, si tetehnya Aden, kok kuyup gitu, kesian atuh , nanti saya ambilkan baju ya, kebetulan baru kok, masih terbungkus rapi, belum dipakai sama sekali",

"Biar diganti ya Teh, agar tidak masuk angin".

"Aduh Ibu, jangan !".

"Sudah dikeringkn sama handuk kecilkok".

"Jangan Ibu, Saya merepotkan jadinya".Jawab Shinta tersipu malu.

"Tidak Den, tidak Teh, hanya menghamparkan sejadah saja, kok repot". Sang Ibupun langsung masuk ke dalam, mungkin mempersiapkan dua sajadah untuk kami melakukan Ibadah.

"Aduh Rian, gimana donk, aku malu ah".

"Jiahhh , Shin apalagi aku kali".

"Pulang aja yu !, ayo cepet Rian !".

"Aih, gak enak ah shin, kita magrib dulu aja sebentar ya !, nanggung nieh". 

     Kemudian Sang Ibupun muncul kembali, sambil membawakan baju yang masih dalam kemasan terbungkus rapi buat Shinta,

"Sudah Aden, Teh, Silahkan sudah saya persiapkan",

"Kamar mandinya dibelakang ya,dikucurin aja kerannya, maklum tempatnya agak kotor, tapi jangan sungkan ya !".

"oh iya, ini bajunya buat teteh !, kesian habisnya kuyup begitu".

"aduh Ibu, Saya bener-bener merepotkan, nanti saya ganti ya bu".Shintapun mengambil satu kemasan baju yang masih terbungkus untuk salin.

"jangan bilang gitu, Ibu Ikhlas kok, kebetulan baju ini tidak muat untuk ibu".

"hayo, Silahkan nanti keburu Isya !".

     Keduanya Rian dan Shinta , langsung menuju jamban, kebetulan ada dua kamar mandinya, sebelumnya mereka mengucapkan rasa terima kasih tak terhingga pada sang ibu, karena sudah di mudahkan untuk segala sesuatunya.

"Ian, Kita jama'ah ya, kamu mau kan ?".shinta meminta rian untuk menjadi Imam.

"Aduh,gimana ya".

"Silahkan Aden , Cicipi ya!".

"Boleh lah Shin, jika kamu kenan".

"Ya udah aku tunggu di hamparan sajadah ya".Shinta tersenyum lagi dengan agak terlihat riang. Padahal sebelumnya dia pucat pasi sekali.

"OK Shin, siap laksanakan".Rian pun sudah menurunkan volume suaranya yang awalnya mereka berdua, terlihat egois satu sama lainnya, antara si jutek dan si tengil.

    Kemudian, mereka melakukan ja’maah yang tak disangka pertemuan itu menjadi kesan pertama yang menakjubkan.

Akhirnya,memotret bayangmu bagaikan setangkai mawar yang sedang terbang,bercerita keluwesan sikap,menjabar dentingan harum kelopak sayap,hanya terdengar risau diujung waktu,menguntainya seperti binduk ketika jendela cinta semakin terbuka. 

Hanya jumbai yang penuh sesak, terus berglayut seperti medan balik yang menjiwai kursi malu. Berduri tergores resah ketidakdayaan, galang-galang pun merambu berkedap kedip seperti hiasan,

ya..., hiasan hujan yang mampu menyegarkan malam. 

     Setelah kesempatan Sholat sudah terjawab, salam terungkap terajut benang-benang hati, yang awalnya tak kenal maka tak sayang. Pertemuan menjadi bukti dalam suratan ketika kita sebelum lahir ke dunia ini. Dan keimanan mampu memadamkan hati keegoisan bara api dalam prinsip yang belum sempat diperkenalkan,ketika sudah kenal dan hati saling meresap,maka debar  satu silaturahim menjadi semakin kuat untuk di bina.

"OK Shin, Aku duluan ya , tunggu diluar". 

     Setiba di Ruang kedai, tak sangka bagai mimpi, Rian melihat dua cangkir yang terisi Air menghangatkan menggiurkan kebulkan asap, dan juga sepiring singkong yang baru di rebus mengundang ingin dibenak jiwa. Aduhai elok nian Rahmat Tuhan, begitu indah tak di sangka, perut ini sudah bertabuh seketika surga di depan mata. Ehmm

"Eh Aden, sudah selesai sholatnya, silahkan mari duduk !".

"Sok cicipi masakan ibu, hanya ada singkong rebus".

"Aih ibu,ini apa, aduh maaf, maksud saya gak bikin ibu susah gini ,merepotkan sangat merepotkan !".

"Jangan sungkan Aden, Rezeki jangan di tolak". Sang Ibu pun langsung mengambilkan satu pisin kecil, dan menaruhkan singkong yang lagi ngebul disuguhkan kepada Rian.

    Tak lama kemudian, Shintapun muncul sembari berkata,

"Aih si Rian udah ngelahap aja, maluin ih, ampun deh kamu ! ".

"Hehehe, Shinta, abis Rezeki nomplok gini, masa di tolak".

"Ayu di Coba Teh !", Sahut Sang ibu pada Shinta.

"Jangan Sungkan, dicicipi ya masakan Ibu, maklum hanya ada singkong saja".

"Oh Iya Ibu, Aduh aku jadi malu, benar-benar malu Ibu, MasyaAllah ".Jawab shinta sambil menunduk , dan mengambil satu pisin piring kecil yang sudah disediakan oleh sang Ibu. 

"Emang Habis dari mana sih kalian,sampai kuyup begini ?". Tanya sang Ibu dengan penuh lembut, terlihat satu cahaya kebaikan disorot tatapan matanya.

"Habis jalan-jalan Ibu, melihat keindahan gunung diatas sana, luar biasa ya ,Panoramanya masih alami , sejuk udaranya , tidak seperti di kota, sumpek banget Bu".

     Shinta bercerita seolah-olah tak terjadi kesusahannya, malahan ucapnya sepertinya Ia menikmati sosok syukur yang dia temui sepanjang jalan bersama Rian, walaupun disatu sisi mobilnya yang mewah tertinggal di atas gunung tadi.

"Ibu, Subhannallah, bagaimana kami membalas ini".

"Ibu sudah baik sekali, Bagai Malaikat sebagai penolong untuk kami".

"Kami tidak bisa lama, karena hari sudah menjelang larut, mungkin nanti, kami akan mampir kemari dan tak kan pernah melupakan kebaikan Ibu dalam perjalanan kami".

"Hayo Shinta,mari kita pulang !". sahut Rian.

   Dan kemudian mereka berdua pamit dan mencium punggung tangan kanan Sang Ibu yang sudah menyambutnya dengan begitu lapangnya, kembali melanjutkan perjalanan. Rian langsung menancapkan gasnya untuk pulang menuju ke kota.

"Shin ?", Sambil berjalan Rianpun bertanya.

"Kamu, hendak ku antar pulang menuju Rumah".

"Oh,Ian keberatan gak ?, jika mengantarku pulang sampai ke rumah".

"Aku sih tidak Shin, malah Allhamdulillah,hehehe!".

"Ah kamu , Bisa aja An,kamu Ikhlas gak".

"Lho kok kamu gitu tanyanya, masih ragu atas keikhasanku, Shin".

"takutnya Ian, hehe, kok kamu robah sieh ?".

"Robah apanya sieh". Rian menjawab penasaran.

"hehe, gak ah" Sahut sinta yang makin membuat penasaran.

"Justru kamu yang robah 360 derajat Shin,HAHA !".

"Hah, emang aku kenapa gitu",

"hehe,gak ah", balas Rian sembari mengoper gigi ke empat. Langsung tancap seperti pembalap. 

     Pecahkan saja,,,balok palang melintang tegas . biar ranum memang manis, merasuk rasam sama tingginya. Selalu menganggap ranca, Merantas elok cendawan yang rangup, ada rancu yang merapat ketat, rasi bermula. serapih singgung atas mimpinya.

     Ternyata keduanya didalam perjalanan selama bertemu kejadian-kejadian tak disangka, membuat kedua bathinnya menjadi lunak, sifat asli antara Rian dan Shinta, tak seperti kesan pertama dalam perkenalan yang sempat dinyalakan Api, hampir saja jika berhasil menjadi bara, mungkin tak kan seindah ini mereka bertemu. Hanya sempat menjadi asap hingga buliran-buliran RahmatNya menjadi perjalanan yang sangat romantis. 

"Ok Shin, aku akan antar kamu kerumah, tunjukkan jalannya ya !".

"Duh baiknya Ian, makasih ya ".

 

TO BE CONTINUE

~PangeranCinta~2012




Share


Jawa Barat, 2012-01-21 : 23:12:50
Salam Hormat
Puisi Pangeran Cinta

Puisi Pangeran Cinta mulai gabung sejak tepatnya Senin, 2011-10-10 10:51:41. Puisi Pangeran Cinta dilahirkan di Bogor mempunyai motto Tak gentar dalam mengukir disaat cinta memang tertulis
Sajak : 19 Karya
Puisi : 99 Karya
Kisah Nyata khusus Privacy : 1 Karya
Cerita Bersambung : 4 Karya
Total : 123 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Puisi Pangeran Cinta


Isi Komentar JENDELA CINTA BAG-III 3214
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya JENDELA CINTA BAG-III 3214 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Hari ini adalah hari baru dalam kehidupanku. Aku berjanji akan memulai tahun ini dengan semangat perjuangan yang baru.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti