Improving Quality Of Life

Visitor 15.805

Hits 115

Online 2

KATALOG KARYA
2012.3433 - 223.GIG
Prosa - Inspirasi © 2012-02-27 : 14:00:27 (4436 hari -11:01:52 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » FLASH BACK SEBUAH PERJALANAN. ± Prosa - Inspirasi © GigihSantosa. Posted : 2012-02-27 : 14:00:27 (4436 hari -11:01:52 lalu) HITS : 2175 lyrict-lagu-pilihan-lama ()
RESENSI : Simpanlah rindu ini, rindumu dan rinduku, juga rindu buah hati kita. Ada saat dimana kita akan berbahagia bersama... Entah didunia ini atau dunia lainya.
Buku besar, tentang sebuah perjalanan 1.

Banyak kisah yang menyelubungi ceritaku hingga waktunya ku kabarkan
Bagai mana dengan hari ini?
Apa kabar wahai jiwa yang berseloka?
Apakah kau rasa pawana menemanimu lembut?
Atau semburat fajar tak lagi membuatmu rindu?
Seribu tanya keluar dari rasa yang tak lagi peka, membelit nuraniku, antara ego untuk tidak memaafkanmu.

Aku berusaha memaafkanmu
Tetapi aku memilih untuk tak menyapamu
Percuma kukeluhkan satu persatu bila dalam kegalauan hanya Tuhan yang mendengarkan kesahku
Bukan kau, bukan siapa siapa.

Pengikat itu meretas mulai merapuh
Menyentuh bara yang tersekam didalam hati
Bak pisau tajam yang liar berhambur
Membuatku sampai pada kecemasan yang tak berujung
Sudah sa’atnyakah?
Tiadakah jalan lain?
Biarpun halal, aku benci jalan ini, demikian juga Tuhanku (perceraian).

Hening malam membungkam segalanya
Bintang Panjer Rina pun tak berhasrat untuk menghiburku
Aku hanya bisa termenung menatap meja yang teronggok bisu
Berbahan  kayu retak dan tak lagi bermakna
Perlahan kuangkat cangkir setengah isi
Bunga merah beraroma rempah menjadi bumbunya..
Dan ku rasa teh yang sedikit pahit mulai mengguyur tenggorokanku
Telah dingin dan tak berarti.

Aku tengah memaknai diri, diantara seribu jalan yang disediakan~Nya
Mencari dan berpegang, adakah episode selanjutnya?


Buku besar, tentang sebuah perjalanan 2.

Tak kan kupungkiri ketika sunyi merayap dikepala dan lelapkan sebagian kesadaranku, membuat ingatanku tentang sembarang sesuatu sedikit demi sedikit terkikis kecuali memori tentang cakap cakap kita tempo hari di sebuah beranda maya yang begitu penuh dengan status status sampah.

Dan di pembaringan ini aku masih mendekap hening seiring dengan gelas terakhir fermentasi gandum dan gula, tetesnya bak nyala api seperti sajak sajak Kahlil Gibran, yang mampu membakar jiwa jiwa yang beku berbalut pesimis, meronta, ingin segera menjadi asap dan berhambur kemana mana, tak ingin hinggap, bebas, lepas.

Di luar, daun daun berguguran mengingatkanku akan cumbu rayu malaikat maut, tetang suatu tempat yang hampa bahkan tak bernama sambil berucap, “enjoy, all free for you”, benar serba gratis tapi juga serba menyakitkan.

Acch..keningku makin berdenyut, nafasku tersengal tetapi kesadaranku yang mulai pincang tetap mengharapkan kau yang datang, bukan malaikat maut, bukan Tuhan atau apapun namaNya yang serupa.

Dan lamat lamat masih kudengar Hp ku berteriak teriak tanpa henti diantara tumpukan buku koleksiku, lembaran naskah yang belum ter-edit jatuh berhamburan, huruf hurufnya berterbangan, liar melingkar lingkar diatas kepala, memaksa masuk ke dalam otak ku, pori pori kepalaku bagai diperkosa, aku semakin pucat, selanjutnya gelap, dunia kian sunyi tapi tak merintih.

Aku masih terkapar disudut kamar, dindingnya selalu menyisakan sebuah tanya tentang diriku yang tak mau beranjak dari kenangan terhadapmu, bagaikan benalu mengikat syahdu di jurang bibir dan pinggir  pelupuk mata yang berkaca kaca, inginkan kau esok pagi menemui, bukannya ajal yang kali ini tak ku kehendaki.
 

Buku besar, tentang sebuah perjalanan 3.

Ketika tanah coklat membelai kaki telanjang, suaranya lirih berdesir, injakannya berbekas disebuah ruang hati yang sempat terisi, terlukis abstrak bak mega mega, menelusuri kepingan kepingan angan, dimana anganku, anganmu, angan kita, sempat mempunyai asa yang sama.

Bolehkah ku bercerita sedikit tentangmu? Bukan untuk mengurai sebuah kenangan, juga bukan pula sebuah rajukan seperti anak anak yang kehilangan mainan.
Atau bahkan rintihan tentang keputus asa-an?
Bukan…bukan seperti itu, ini hanyalah bingkai bingkai sempit tentang  sebuah perjalanan, dimana diriku hanyalah kepingan kepingan jiwa yang berserakan dilantai tempatmu pernah menapak, dan tak bernilai jika dibandingkan kilauan cahaya yang tersimpan disudut matamu.

Pagi itu kegelisahan kita sempat menahan embun pagi tuk menetes di setiap pucuk daun daun. Dan ku temukan kau masih bersandar disebuah jendela model Victorian. Matamu menerawang jauh, sejauh jarak antar galaksi.
Aku hanya bisa duduk terpekur disebuah sofa usang, menantimu bicara, walaupun aku sangat tahu bahwa kau memilih membisu sebab galau yang membuncah dihati telah menelan kata demi kata, menjadikan kesunyian pelan pelan mengeja jiwa.

“Aku harus pergi, tetapi berjanjilah satu hal kepadaku, berjanjilah bahwa kau harus tetap menjadi dirimu sendiri”
suaramu terdengar jauh.

Reaksiku hanya diam, menahan bendung trenyuh, dan tetap hanya diam di balik keinginanku untuk menahanmu.

Bertahanlah sebentar. Angkasa akan dipenuhi senandung merdu dari bidadari dengan sayap-sayap menadahi cahaya. Kita hancurkan bersama sesuatu yang bernama ego, yang membusung dada sambil tertawa tawa. Biarkan bidadari bidadari menyinari tubuhmu dengan kemilau cahyanya. Perlahan sinarnya menembus kulit, merasuk lebih dalam, merasuk bersama aliran aliran darah,  menjadi hanya bias yang transparan, hingga suatu saat dirimu dan diriku mendapati disebuah ruang hati yang bebas dari semua lara, sedih, pilu juga nelangsa. Sekali lagi pintaku, bertahanlah sebentar. Kau hanya menggeleng, lehermu yang jenjang meliuk liuk dan praharanya telah mengobrak abrik hatiku, sampai hancur, yah hancur bahkan tak tersisa.

Masih disebuah jalan antara Kauman sampai Wirobrajan, dimana kini tanganku kosong, tanpa gandengan tanganmu, hanya suara debu yang terseret sapu yang menemaniku pulang, menikmati setiap jengkal jalan kenangan, dan di jalan ini kita  pernah melihat anak-anak bermain bayang di bawah purnama, juga menjadi saksi dimana dua remaja yang saling menitipkan cinta dengan malu-malu, mencoba berikrar untuk saling membutuhkan.

Tapi kini kau telah pergi, tak usah kau ingat diriku, ingatlah tanah berwarna coklat itu saja. Karena jejakku, jejakmu, jejak kita, menjadi salah satu menhir abadi disana. Jangan pedulikan aku, karena saat ini ditanganku ada seribu kekuatan untuk menrefresh hatiku, dari sebuah buku~ Biola tak berdawai~ Seno Gumara Ajidarma, dimana penolakan, pertemuan, perpisahan di balut kata kata puitis dan sarat dengan kalimat kalimat indah untuk selalu bermunajat kepadaNya.


Buku besar, tentang sebuah perjalanan 4.

Subuh di pertengahan mei tahun 2002, telah kau pack semua barang2mu. Bagaimanapun perpisahan ini tak ada yang menhendaki, seandainya aku luruh tak terbawa egoku. Aku mungkin bisa menahanmu.

Pagi telah tiba, dikejahuan kabut masih ada saja yang tersisa. Saat itu masih sempat kubuatkan kau telur setengah matang kesukaanmu, walaupun kita sama2 canggung dan akhirnya membuat semuanya hilang selera.
Selesai dengan sarapan, telah tiba saatnya kau harus benar2 pergi dengan segenap perasaan sangat sebalmu kepadaku.
Namun aku sangat tahu tentang dirimu. Kau lebih baik diam, tak sedikitpun menampakan kekecewaan yang nyata2 akan kau bawa dalam kepergianmu. Dan kubuktikan sampai detik ini bahwa dirimu adalah wanita paling tegar yang pernah kukenal.

"Jaga dirimu baik2  pap, semoga pilihanmu adalah yang terbaik untukmu" suaramu lirih tetapi sangat menyayat hatiku.
Aku hanya diam mengelu. Bukankah banyak kata yang berada dikepalaku?  Tetapi mengapa tak sepatah katapun keluar dari mulutku, hanya mataku yang mulai mengkristal, dan sedetik kemudian air mata tumpah satu satu.
Dirimu masih sempat menggapai tanganku, seperti layaknya tak terjadi apa2 diantara kita. Kau menyalamiku dan masih saja mencium tanganku.
Bisa kalian lukiskan kesedihan macam apa yang menderaku? Jantungku serasa berhenti seketika.
"Mam, maafkan aku"  itulah satu2nya kata yg keluar dari bibirku.
Engkau pun mengangguk tabah, walau disudut matamu air bening tumpah perlahan.

Segera kau bergegas, meninggalkan semua kenangan diantara kita. Menggapai asamu sendiri dengan keyakinan dan harapan menjadi dirimu sendiri yang tak butuh lagi bayang2ku ataupun orang lain.
Lirih ku ucapkan “selamat jalan mam, takdir yang kan menjawab semua pertanyaan kita”

Adisucipto, bandara yg selalu membuat hatiku selalu berserpih.

Maafkan aku, bukanya aku tak mencintaimu. Sampai saat inipun cintamu masih kugenggam erat, seiring besarnya penyesalanku dengan apa yang telah terjadi.
Hanya pasrahku yang berbicara, kadang semua  sudah ada yang mengaturnya. Kita hanya sekedar menjalani.
Bagiku kepergianmu juga merupakan matinya cintaku kepada yang lain, karena aku hanya mempunyai satu cinta, dan itupun telah kau bawa pergi.

Sepeninggalmu, sangat berat kurasakan hidup ini. Tapi toh aku harus tetap hidup dan kaupun juga. Walaupun sebagian diriku tak utuh lagi, menelusuri kenyataan dengan kepincangan sebelah jiwa.
Karena keseluruhan perasaan, emosi, harapan, cinta benar2 telah menguap seiring kau tak lagi disisiku.

Sampai hari ini, kita telah jalani takdir kita masing2, selamanya aku simpan kenangan serta cinta yang utuh buatmu. Sebaliknya aku harap demikian juga kepada dirimu.
Seandainya nasib bisa berbeda kedepan, itupun diluar jangkuan kita.
Yang mungkin kita lakukan hanyalah menjadikan monumen cinta kita lebih berarti.

Tidak banyak tulisanku hari ini teruntukmu. Tetapi dalam angan dan batinku, seribu kalimat serta sejuta sajak berbondong2 siap ditumpahkan diatas kertas putih.  Hanya untukmu, yah hanya untukmu, tak ada yang lain.


Buku besar, tentang sebuah perjalanan 5.

Sebelum kau benar2 pergi pagi itu, diantara keramaian bandara, disela2 suara2 pesawat yang membahana, kau biskikan padaku, ada dua orang yang akan meninggalkanku.
Dan bodohnya aku, semua hanya menjadi teka teki saat itu, sekilas yang ku cerna hanya aku akan kehilangan kau atau dia (pilihanku).
achhh.....bodohnya aku,bebalnya aku!

Dan saat ini, kenangan itu selalu menghantui pikiranku, menguasai segala urat nadiku dengan seribu penyesalan dan rutukan.
Yak benar, aku orang terbodoh yg pernah dilahirkan.

Nampaknya kebodohanku baru kusadari setelah kau benar2 pergi. Akhirnya kebebalanku membawaku kepada penyesalan yg tak berujung.
Yang akhirnya membuat alur cerita ini menjadi sangat menjemukan!

Ternyata seperti yang kau bilang, kau pergi tak sendirian...
Kau bawa GUMPALAN calon manusia yang meneruskan garis wangsaku. Ya Tuhan!

Kenapa kau rahasiakan semua itu?
Kenapa hanya sebuah teka teki yang engkau lontarkan?
Bukan pengakuan jujur apa adanya, yang jelas sekali akan membuatku tak akan melepasmu, selalu memelukmu erat....
Tanpa pernah sekejap pun rela berpisah denganmu.

Bila ingat semua itu, kurasa... tangis penyesalanku tak mungkin berkesudahan.
Salamku untuk kalian,..percayalah, sampai kapanpun kalian selalu berada dihatiku dan warisanku.
Kecup sayang dan maafku dari seorang papa rahasia buat anakku bidadari.


Buku besar, tentang sebuah perjalanan 6.

Achh kau,…masih tetap lembut seperti dulu, sapaanmu, tatapanmu, begitu menentramkan, bagai mana aku harus lupa bahwa kau pernah ada?
Sedangkan alam ini tahu, aku sangat sangat meradang ketika engkau pergi membawa sepenuh galau dan harapan yang putus ditengah jalan. Bukan jalan itu terjal, tetapi salah arah dalam suatu persimpangan yang sangat membingungkan. Sebuah emosi, keegoan yang sempurna, juga pengkambinghitaman sebuah kejadian yang tidak semestinya, itulah sudut sempit yang membawa perpisahan diantara kita. Aachh, lagi lagi sebuah alasan klise tentang segenggam penyesalan.

Jemarimu masih saja bergetar tiap kali kupegang. Seakan baru saat ini kita bertemu dan saling ulurkan tangan tuk sekedar berjabat tangan dalam sebuah perkenalan.
Aku merasa selalu menjadi manusia paling berbahagia bila kau sedang dalam rengkuhan, kau sandarkan kepalamu didadaku, dan kau bisa terlelap ketika berbantal lenganku,..jujur, kau sangat cantik bila sedang tertidur.

Mata dan batinku selalu ingin melihat dan menyebutmu.
Andainya surga itu memang ada, apakah seindah hatimu?

Hari ini aku ingin kembali sekedar bercengkerama denganmu. Aku ingin dengar kisah buah hati kita yang tumbuh dengan sempurna. Bidadari kecil itu betul betul penyempurnaan dirimu. Senyum dan semangatnya adalah mutlak pengejawantahanmu. Biar hanya mendengar kabar kalian saja, aku sudah ikut begitu bangga.
Sejenak kurebahkan letih yang menggantung di tubuhku setelah aku berusaha menghadirkanmu dalam sebuah perenungan panjang.
Bila aku disebut pengecut akupun tak kuasa membantahnya, bila aku disebut tak punya hati, aku memang pernah kehilangan perasaan itu. Mungkin otak ku memang bodoh, hingga aku tak bisa bedakan mana lembut mana tajam.

Aku tak bisa apa apa selain merindukanmu dan membingkai kisah usang diantara belantara hati.
Yang sepenuhnya tak perlu tetapi tetap ingin muncul untuk sekedar pengakuan keberadaanmu.

Pagi inipun seperti pagi pagi yang lalu. Hanya pagi yang menutup semua impian ketika ku mulai tersadar bahwa kau memang sudah bukan milik ku lagi.
Tapi aku percaya, hatimu tak pernah beranjak antara mana dan mana, selalu mengendap abadi dikedalaman hati, dan itupun terlalu cukup bagiku.


Buku besar, tentang sebuah perjalanan 7.

malam ini,aku berharap kamu ada,temani aku seperti 10 tahun yang lalu..
senyumku tak lepas bila mengenangmu, mengenang saat-saat indah bersamamu.
 
Setelah apa yang telah kita lalui bersama..........akhirnya aku melepasmu !
 
Kepulanganmu sempat mengagetkanku, ketika kuterima pesan pendekmu..ternyata,kau sudah dibumi tercinta indonesia.
Perasaanku ngalor ngidul antara haru, takut, dan berbunga-bunga,....achhh,sungguh campur aduk!
 
Dibandara Adhisucipto,dikejahuan senyummu tlah mengembang, guratkan seribu makna dan asa.
Bidadari kecil tampak digendonganmu. Segera kusambut kalian,...seribu sun sayangku tuk bidadari kita, dan sekali kecup kening terdalamku untukmu.....achhh,ternyata aku sangat merindukanmu!
 
Pondok seturan jogjakarta,sore hari menjelang mahgrib.
Kala kita terdiam dalam kebersamaan sementara,diwaktu bidadari kecil dalam buaian mimpi.
Pecah tangismu saat itu, didadaku kau tumpahkan segala kekecewaan, kesedihan, kemarahan, hasrat serta kerinduan.
Nestapa, amarah, nelangsa, kangen tumpah ruah bak gelombang pasang...achhh,tak terasa air mataku menetes satu-satu.
 
Malam itu kutinggalkan kau bersama bidadari kecil dengan perasaan masih bergelayut.
 
Siang hari,jam 11.00 waktu cek out pondok seturan jogjakarta.
Kau sudah tampak bisa menguasai dirimu. Tapi aku tahu dan sangat tahu, kekecewaanmu terhadapku tak berkurang sedikitpun!
Kuambil bidadari kita dari box bayi yang tersedia. Kutimang, kugendong dan  kuangkat tinggi-tinggi dengan seribu do'a dan pengharapan.
Dalam kegembiraanku, air mataku meleleh nelangsa, perih menyayat-nyayat...achhh, cepat besar bidadariku.

Jalan Solo,hampir kota Solo, tepatnya di Kartasura.
Kita rehat sejenak, bidadari kecil kita menangis kehausan. Langsung kau buatkan susu dan segera kau minumkan.
Teguk demi teguk berlalu....kesunyian pelan pelan merayap dikepala kita.
 
Pulang ke kotamu...ada setangkup haru dalam rindu...
Lagu jogyakarta dari KLa Project mengiringi perjalan kita dengan santun..
Jalan aspal yang meliuk-liuk seakan meledek nasib dan takdir kita,..dan kita sangat paham, bahwa keduanya tak berpihak didiri kita.
Maafkan aku kasihku, doa dan harapanku selalu menyertaimu.
Dan kesalahanku kutebus suatu saat nanti!


Buku besar, tentang sebuah perjalanan 8.

Dikehidupanku kini, masih saja seraut wajah itu tak letih menari nari di pelupuk mataku. Wajah itu nyata dan memang ada. Kubayangkan kamu terbawa semilir angin yang terus berhembus lembut, seperti yang biasa menerbangkan nyiur nyiur dipantai.

Dalam pada itu, kau serasa melayang perlahan dari singgasana yang tak nyamanmu untuk menuju di suatu tempat yang berhingga. Namun aku percaya kau akan bahagia disana, walaupun hanya merupakan sebuah tempat yang mungkin jauh dari keabadian didalamnya, kecuali di dalam sebuah mihrab cinta.
Benar, hanya cinta, ya cinta. Hanya itu yang kau harap dari sebuah tempat yang bukan tak berhingga, dan aku tahu akulah yang ada didalam jiwanya.
Terlebih bila kita sama sama merenungi keadaan yang kita sangkakan selalu pahit, dikarenakan dua hati yang saling didera rindu, bahkan sering air mata meleleh sempurna, hingga hati kita terlalu sering merintih, mengharap sesuatu yang tak pantas kita miliki.
Tetapi memang sesungguhnya rasa itu harus menjadi sebuah rahasia, yang harus benar benar tak tampak dan yang tak boleh sedikitpun terucap.

Rasa itu harus kita paksa menjalani perkelanaan di kulit tanpa pernah keluar menembus belulang dan urat urat yang bergelimpangan.
Namun demi sebuah kebaikan, biarpun tersiksanya aku, aliran rasa itu tetap hadir berkelana dalam kulit dengan seluruh penderitaanku.

Memang pantas bila hanya sebuah ucapan rindu, bisa membuat kita gelisah yang seakan ingin dengan dada tengadah bilang kepada semua orang : "Aku sangat mencintaimu".

Ingatkah kau akan banyaknya kisah cinta yang sangat agung? ada sejuta kisah serupa di belahan dunia ini dari masa lampau hingga yang terkini. Bukan salah mereka bila cinta memang tak harus memiliki, bahkan hanya dengan lepasnya nyawa nyawa mereka, mereka merasa ada jalan untuk mencapai tertunaikannya sebuah janji  untuk bersatu.

Tak pernah bersatu? apakah itu sebuah jawaban untuk mereka mereka tentang sebuah cinta?
Lalu kenapa kamu dan aku merasakannya? Kalau akhirnya kita terpisahkan nantinya?
Dan apa guna aku terus  menerus meringkuk di kulitku ini tanpa pernah keluar, tersiksa berkepanjangan karena merindukanmu dalam nerakaku.

Niscaya aku hanya bisa membuat surgaku sendiri, dengan caraku sendiri dan dengan segenap perasaanku sendiri.
Dengan hanya pejamkan mataku, aku telah memelukmu seperti hari hari yang telah berlalu, dan akan ku tatap wajahmu lekat lekat, membelaimu dan mengecup keningmu lama lama.
Acchh, alangkah bahagianya aku disaat itu, kebahagian yang menembus aroma surgawi.


Buku besar, tentang sebuah perjalanan 9.

Apalah artinya jarak diantara kita, ketika hanya dengan terpejam aku telah temukan dirimu.
Dan bahkan hari ini ketika kita masih hidup, kita toh masih berada dibawah langit yang sama?
Atau bahkan ketika kita telah tinggalkan semua, kenanganku kepadamu tetaplah abadi, tetap utuh di ruang yang tak tersentuh.
 
Ketahuilah, dirimu bisa pergi kemana saja menurut kehendakmu
Tapi bagiku, kau tak kemana mana
Kau tetap dihatiku, kau tetap menjadi satu bagian dari diriku.
 
Dan baru saja kau tanyakan,
Tentang sebuah rindu,
Tentang jarak yang membentang
Tentang ruang yang terpisah
Tentang waktu yang mengalir begitu cepat...dan aku jawab, semua itu tak berarti  apa apa bila kita masih saling memiliki.
 
Simpanlah rindu ini, rindumu dan rinduku, juga rindu buah hati kita.
Ada saat dimana kita akan berbahagia bersama...
Entah didunia ini atau dunia lainya.




 


Share


Yogyakarta, 2012-02-27 : 14:00:27
Salam Hormat
Gigih Santosa

Gigih Santosa mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2012-02-26 09:57:36. Gigih Santosa dilahirkan di Gunung mempunyai motto Hidup adalah jalan untuk kembali kepada Nya.
Cerita Bersambung : 9 Karya
Cerita Pendek : 14 Karya
Prosa : 1 Karya
Puisi : 6 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Total : 31 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Gigih Santosa


Isi Komentar Flash Back Sebuah Perjalanan. 3433
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Flash Back Sebuah Perjalanan. 3433 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Bebaskan diri saat gagal, yang gagal itu peristiwanya, bukan Anda.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti