Improving Quality Of Life

Visitor 15.020

Hits 1151

Online 6

KATALOG KARYA
2012.3928 - 63.NAT
Filsafat - Keimanan © 2012-07-31 : 10:25:03 (4259 hari 10:06:35 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » RAMADHAN SCHEDULE SCAN DIRI ± Filsafat - Keimanan © Nata. Posted : 2012-07-31 : 10:25:03 (4259 hari 10:06:35 lalu) HITS : 1574 lyrict-lagu-pilihan-lama () kumpulan puisi mutiarasukma0
RESENSI : Berpasangan adalah konsep keharusan dalam keseimbangan. Pun dalam raga sukma mahluk yang bernama manusia. Akan tetapi hidup tidak semudah membalik tangan, sehingga lebih menjulang ketimpangan karena banyak melakukan salah jalan dengan virus-virus kehidupan yang terus berkembang sesuai kemajuan zaman. Karena sifat Sayang maka dibuatlah Schedule Waktu Ramadhan sebagai Scan diri membersihkan Aneka Virus yang menyerang.
Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya (QS. Asy-Syams : 9)

Melakukan evaluasi diri (muhasabah) apakah penyakit aqidah masih menjangkiti diri kita. Bermujahadah menghilangkan penyakit-penyakit itu. Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan yg telah kita lalaui merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah. Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘Alaih)

Beribadah (puasa) bukanlah sebatas pengalaman dan ritualitas yang hanya memberi kesan dan kenangan, pun secara emosional terhadap diri kita. Karena emosi masih sering terpengaruh oleh ego-ego kita tapi lebih dari itu beribadah (puasa) bertujuan menumbuhkan kesadaran spiritualitas terhadap siapa sebenarnya diri kita menghamba, berasal dari mana dan kemana tujuan hidup kita. Acap kali kita memiliki kecendrungan lupa dan mudah melupakan sesuatu. Hal ini lumrah dan manusiawi, tapi akan tidak manusiawi lagi kalau kita sampai menanggalkan akar dan sejarah hidup kita apalagi jika melupakan siapa tuhannya.

Subhanallah…! Allah begitu Maha Pemurah dan Pemaaf, sehingga Dia hadirkan Ramadhan ke tengah-tengah hidup kita. Mengapa kita hamba-Nya selalu lalai dan melupakan keberadaan diri sendiri dan keberadaan-Nya? padahal Dia tak pernah melupakan kita dan masih saja kita diberi kemurahan-Nya untuk tetap memiliki kesempatan dalam berusaha mengenali diri serta mengenali dan mendekatiNya. Sepertinya perjanjian dan peneguhan komitmen antara Tuhan dan kita hamba-Nya di awal penciptaan kita belum cukup menjadi pengingat/peringatan (warning) bagi kita apalagi selama bergelut dan menjalani proses kehidupannya di dunia, kita mendapati banyak godaan dan cobaan duniawi.

Betapa kecenderungan diri kita yang mudah lalai akan asal dan tujuan hidup kita, namun betapa Pemurahnya Allah. Dia hadirkan Ramadhan sebagai sarana dan medium pengingat. Ramadhan selalu hadir sebagai siklus tahunan dalam kehidupan kita. Sebagaimana adanya waktu khusus dalam sehari yaitu sepertiga malam terakhir, hari yang dimuliakan dalam seminggu yaitu hari jumat, dalam sebulan ada ayyamul bidh, maka demikian pula dalam setahun ada bulan Ramadhan. Kehususan dan keistimewaan waktu-waktu ini terletak dalam peran dan fungsinya sebagai medium reflektif dan pembelajaran terhadap perjalanan hidup kita.

Sudah 10 hari ramadhan berlalu. Tapi pertanyaannya mengapa kehadiran Ramadhan sepertinya berlalu begitu saja ? Berjalannya ramadhan tak mampu kita jadikan momentum untuk beranjak melakukan usaha reflektif membekali diri dalam menjalani seluruh waktu hidup kita dengan spirit menghamba dan mengabdikan diri (taabbud) terhadap Dzat Yang Maha Agung??. Tapi mengapa kita tak juga bersegera mengoptimalkan waktu-waktu khusus nan istimewa ini? Bukankah ramadhan memberikan banyak ruang bagi kita untuk dapat melakukan kontemplasi diri menjadi hamba-Nya yg bertakwa dan bahkan banyak contoh dan anjuran yang sudah disampaikan oleh Rasulullah, diantaranya adalah dengan qiyamul lail, dzikir, tadarus, dan ibadah-ibadah lainnya??

Jadi bagaimana mungkin kita mampu meraih predikat takwa bila kita tak bersegera mendesain hari-hari kita tidak hanya di ramadhan ini tapi juga setelah nanti ramadhan beranjak meninggalkan kita dengan spirit belajar dan berlatih untuk menjadi lebih baik?. Sebagaimana Rasulullah berpesan bahwa orang yang merugi adalah orang yang apabila hari ini kualitasnya sama atau bahkan lebih buruk daripada hari kemarin. Secara implisit ini bermakna bahwa setiap saat dan setiap waktu adalah tarbiyah-belajar, dan pembelajaran haruslah berdampak (memiliki hasil) secara positif terhadap kualitas hidup kita. Berputarnya siklus hidup menandakan bahwa ada gerak hidup yang dinamis dan mengarah pada sebuah akhir. Begitu juga dengan Ramadhan, siklusnya akan mencapai akhir dan diganti dengan siklus bulan yang lain. Namun apakah dengan berakhirnya Ramadhan maka tradisi dan kebiasaan yang biasanya ada di bulan ini kemudian hilang, lenyap bahkan tak berbekas dalam kehidupan kita?.

Sungguh sebuah ironi dan benar-benar hanya sebatas siklus tanpa arti. itu artinya sungguh remeh dan kecil makna Ramadhan (bulan yang dimuliakan) jika hanya dijadikan sebagai kesenangan, kenangan dan kenikmatan sesaat (instant). Padahal sesungguhnya Ramadhan adalah bukti bahwa Allah benar-benar murobbi (pendidik) sejati bagi kita umat-Nya dan alam semesta sebagaimana diawal penciptaan manusia yaitu Adam bahwa Allah mengajarkan banyak pengetahuan yang tidak diketahuinya sebelumnya dan juga oleh makhluk lain, seperti malaikat dan iblis/syaithan. Dia hadirkan Ramadhan bagi kita sebagai ladang amal, ibadah, maghfiroh dan pahala bagi kita juga memiliki substansi dan ruh pendidikan. Dia hadirkan ramadhan agar kita belajar mendidik dan melatih jiwa-jiwa kita untuk menemukan ketenangan (muthmainnah) dan memiliki karakter mulia sebagaimana misi Rasulullah terhadap kita umatnya yaitu memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia (makarimal akhlak). Dia hadirkan ramadhan sebagai media tarbiyah bagi kita untuk melatih diri bersabar, bersyukur, berbagi dan berempati, disiplin, bertangung jawab, peduli dan tentunya masih banyak karakter positif lainnya. Karakter-karakter positif dan mulia inilah yang harus dibentuk, ditempa dan dibiasakan menjadi kebiasaan atau habit yang terinternalisasi di dalam diri dan menggerakkan hidup (habitus) kita sehari-hari, MERAMADHANKAN HIDUP KITA tidak hanya dibulan ramadhan tapi sepanjang hayat dikandung badan..

Tazkiyat al NafsIslam memiliki ajaran agama yang sempurna sebagaimana firman Allah pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah kutuntaskan atas kamu nikmatKu, dan Aku ridlo Islam sebagai agamamu (QS. Al-Maidah). Untuk menemukan kesempurnaan Islam maka setiap orang harus memeluknya secara total (kaffah). Ibadah puasa sebagai salah satu rukun Islam mengajarkan kita untuk mendaki perjalanan spiritualnya menuju totalitas dalam beragama. Ramadjan sepatutnya kita desain menjadi suatu ruang dan waktu bagi kita untuk belajar membersihkan dan mensucikan diri dari noda, kotoran dan debu dosa yang telah membuat hati dan ruh ilahy yang bersemayam dalam diri kita menjadi kelam. Dimulai dari membersihkan jasmani sampai pada akhirnya mencapai pembersihan atau penyucian jiwa dari jeratan-jeratan nafsu badani, ragawi dan duniawi lainnya yang sejauh ini telah menjadi berhala-berhala kecil kemusyrikan hati. Yang tadinya terobsesi dengan orientasi-orientasi duniawi sebagai target dan misi hidup, seperti karir, profesi, kedudukan dan kekuasaan, kemewahan, serta kebanggaan-kebanggaan hidup (duniawi) lainnya sehingga membelokkan jalan lurus kita, maka dengan ibadah puasa dan Ramadhan kita luruskan dan fokuskan kembali misi dan tujuan hidup kita hanya kepadaNya, Allah Jalla Jalalah, poros dan pusat orbit seluruh kehidupan alam semesta. Apa saja yang ada disekitar kehidupan duniawi kita adalah instrumen dan sarana yang sejatinya difasilitasi olehNya untuk memudahkan kita menuju kehidupan sejati nan kekal bersamaNya.

Ibadah puasa memang termasuk ibadah privat, maksudnya hanya Allah dan kita pelakunya saja yang mengetahui dan merasakannya, “Puasa itu untukKu dan Aku yang akan memberikan pahalanya/balasannya (Al Shoumu Li Wa Ana Ajzi Bihi)”. Ini menandakan bahwa kejujuran menjadi kunci dari ibadah puasa, jujur terhadap diri sendiri dan tentunya jujur terhadap Allah. Begitu vitalnya karakter jujur sampai-sampai Rasulullah mengatakan bahwa jujur akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntut kepada jalan surga. Juga hadits nabi; “katakanlah dengan sebenarnya (dengan jujur) meskipun akibatnya akan pahit”.
Puasa adalah tempaan dan pembentukan kejujuran dalam beribadah. Pertama, jujur terhadap syari’ah puasa, bahwa dimanapun berada harus berusaha untuk tidak membatalkan puasa, kedua jujur terhadap dosa dan kelalaian yang telah diperbuat, ketiga jujur terhadap kedhoifan dan kehambaan kita dihadapan Allah (sesuai perjanjian ketika ditiupkan ruh ilahy ke dalam diri kita). Mungkin hal ini sangat mudah diucapkan dalam bentuk pengakuan verbal dan kesadaran kognitif, namun akan begitu sulit untuk diimplementasikan apalagi dalam bentuk kesadaran spiritual dengan melibatkan totalitas kedirian kita, yakni kesadaran rasa, kesadaran hati dan kesadaran gerak atau laku (konsistensi/istiqomah).

Jika ibadah puasa dilakukan dengan sebenar-benarnya, insyaAllah tangga pendakian ruhani dengan melalui tahapan-tahapan tersebut akan dapat dilalui, tentunya hanya dengan hidayah dan kekuatanNya. Puncak dari pendakian adalah meraih maghfiroh dan rahmat Allah. Dalam prestasi spiritualitas seperti ini biasanya seseorang akan mendapati dirinya dalam kepasrahan total kepadaNya. Kepasrahan yang didasari sikap ikhlas dan penuh syukur. Inilah bentuk taabbudiyah dan ketaqwaan – sebagai target akhir ibadah puasa - kita kepada Dzat Yang Maha Agung.

Ketika seseorang telah menyempurnakan ibadahnya dengan mendapatkan rahmat Allah Sang Pencipta, maka menjadi keniscayaan dan kemestian (automatically) baginya untuk menebarkan rahmat dan kasih sayang Allah yang telah didapatkannya kepada seluruh makhluk ciptaanNya. Inilah yang dikatakan sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). Hal seperti inilah yang dilakukan Rasulullah setelah selama 40 hari berkhalwat (meditatif) di gua Hiro dan akhirnya mencapai puncak meditasi dan mendapatkan rahmatNya. Setelah itu beliau kembali ke tengah-tengah masyarakat untuk mengajak umatnya menuju kepada rahmat Allah. Apabila kita tulus menjalankan ibadah puasa dengan sebenarnya, maka kehidupan kita InsyaAllah akan diliputi oleh rahmat dan kasih sayang Allah.

Spirit Lailatul QadarSecara eksplisit difirmankan di dalam Al-Quran Surah Al-Qadar bahwa malam Lailatul Qadar itu lebih baik dibandingkan dengan seribu bulan. Begitu besar kemuliaan dan keistimewaannya, di mana para malaikat Allah turun ke bumi untuk ikut mendoakan para mukmin. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan berkah, rahmat dan maghfiroh Allah. Pada malam ini pahala dari setiap kebaikan yang dilakukan dilipatgandakan menjadi berpuluh-puluh dan beratus-ratus kali lipat.Keberadaan malam Lailatul Qadar sendiri memang dirahasiakan oleh Allah. Ia bisa terjadi pada salah satu hari atau beberapa hari di bulan Ramadhan. Namun yang perlu dikaji lebih dalam adalah mengenai spirit malam Lailatul Qadar. Kalau merujuk berbagai keistimewaan dan kemuliaan malam Lailatul Qadar di mana berkah, rahmat dan maghfirohNya diberikan kepada mukminin, pahala kebaikan dilipatgandakan, juga merujuk kepada anjuran Rasulullah untuk menghidupkan malamnya, maka esensi dan spirit Lailatul Qadar akan diraih jika kita hamba Allah telah melakukan ibadah, I’tikaf, meditasi/refleksi, dan melakukan mi’raj untuk meraih rahmat dan maghfirohNya dengan sebenar-benarnya (khusu’, ikhlas, tawakkal, syukur).

Kita tak perlu mendebatkan kapan waktunya, sebaiknya ramadhan yg telah dianugerahkan-Nya kepada kita mampu kita isi dengan ketulusan dalam beribadah kepada-Nya secara konsistensi baik dalam usaha untuk meraihnya (keistimewaan Lailatul Qadar) maupun dalam implementasinya pada kenyataan hidup kita (supaya menjadi rahmatan lil alamin). memang tidak mudah meraihnya, tapi dibalik setiap kesulitan bukankah ada kemudahan. Mari kita berusaha terus untuk meraihnya, karena sejatinya Allah sangat menyayangi dan mengasihi hamba-hambaNya. Ramadhan menunjukkan betapa Allah membuka cinta dan kasih sayangNya kepada kita, sekalipun kita sangat dan bahkan sangat sangat sering melupakanNya. Kalau Allah saja begitu besar perhatian dan kasih sayangNya kepada kita, lalu kenapa dan untuk alasan apa kita mengabaikanNya dan tidak berusaha mencintai dan menyayangiNya dengan seluruh jiwa, raga dan kehidupan kita? Semoga setiap bulan adalah Ramadhan, setiap malam adalah malam Lailatul Qadar, dan setiap desah nafas hidup kita adalah Allah (dzikrullah). Aamiin Ya Rabbal Alaamiin.

Share


Sumatra, 2012-07-31 : 10:25:03
Salam Hormat
Nata Heriadi

Nata Heriadi mulai gabung sejak tepatnya Rabu, 2012-03-28 07:41:31. Nata Heriadi mempunyai motto
Filsafat : 31 Karya
Surat dari Hati : 1 Karya
Opini : 1 Karya
Resensi : 1 Karya
Total : 34 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Nata Heriadi


Isi Komentar RAMADHAN SCHEDULE SCAN DIRI 3928
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya RAMADHAN SCHEDULE SCAN DIRI 3928 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Kehidupan yang disia-siakan tidak pantas dijalani.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti