Improving Quality Of Life

Visitor 15.902

Hits 372

Online 3

KATALOG KARYA
2012.4131 - 63.NAT
Filsafat - Keimanan © 2012-09-13 : 10:34:47 (4240 hari 13:10:51 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » DUA NILAI DALAM HIDUP ± Filsafat - Keimanan © Nata. Posted : 2012-09-13 : 10:34:47 (4240 hari 13:10:51 lalu) HITS : 1597 lyrict-lagu-pilihan-lama Shi Bu Shi Zhe Yang De Ye Wan Ni Cai Hui Zhe Yang De Xiang Qi Wo Zhang Zhi Cheng (296999) Editor
RESENSI : Bukan seberapa besar hasil yang diperoleh tetapi NIAT dan MENYEMPURNAKAN IKHTIARNYA.
MENJAGA NIAT. Karena memang rizki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan. Dan akhirnya, hasil yang diperoleh dari tawakal setelah berikhtiar itu haruslah dihadapi dengan ikhlas.

Fa idza ‘azamta fatawakkal ‘alallahi innallaha yuhibbul mutawakkilin QS. Ali ‘Imran/3 ayat 159, Artinya: Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Sebenarnya kita yg membuat hidup kita menjadi rumit, jika kita mau bersabar maka cukup sederhana tentang apa yang harus kita nikmati dalam hidup yaitu proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu ALLAH yang menetapkan, kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah ALLAH.

Lihatlah mereka para mujahidin yang berjuang membela agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun, tidak hanya milik para mujahiddin tapi juga milik mereka orang-orang fasik. Bukankah juga Rasulullah pernah mengalami kekalahan dalam perang. Jadi bagi mereka para mujahid yang paling penting baginya adalah bagaimana mereka selama berjuang itu niatnya benar karena ALLAH dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga. Betapa beruntungnya mereka yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.

Ketika kita bekerja mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari hasil bekerja itu, karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari ALLAH dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yang didapat, maka akan gampang sekali bagi ALLAH untuk memusnahkan untung yang didapat hanya dalam waktu sekejap, dalam hitungan detik. Bukankah bila musibah menimpa kita, bila bencana menerpa, akhirnya semua harta yang dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika.

Jadi yang terpenting dari pekerjaan dan ikhtiar yang kita lakukan adalah prosesnya. Bagaimana selama bekerja itu kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana ketika bekerja itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bekerja itu benar-benar dijaga kejujuran kita, dilaksanakan amanah yg diemban, tepat waktu, janji-janji kita penuhi.

Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adalah dengan sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tidak usah terlalu dipikirkan, karena ALLAH Mahatahu kebutuhan kita lebih tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.

Hal ini perlu kita renungkan bahwa siapapun kita yang sedang berusaha bahwa yang termahal dari kita adalah nilai-nilai yang selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah, kalau kuliah hanya menikmati hasil ataupun hanya ingin gelar, bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tidak tahu kapan akan meninggal???. Karenanya yang paling penting dari perkuliahan, tanya dulu pada diri, mau apa dengan kuliah ini? Kalau hanya untuk mencari isi perut, kata Imam Ali, "Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya". Kalau hanya ingin cari uang, hanya tok uang, maka asal tahu saja penjahat juga pikirannya hanya uang. Kita harus mampu memahami bahwa menjalani perkuliahan adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah agar dapat memberikan manfaat bagi sesama. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain.

Dalam mencari rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yang sangat penting. Begitu juga dalam perkuliahan, ataupun berkerja maka tentukan niat kita mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena bisa jadi ketika uang sudah terkumpul maka bisa saja ajal menjemput kita. Kalau kita selama kuliah, selama bekerja kita jaga sekuat-kuatnya mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek bagi kita yg kuliah, tidak mau korupsi bagi kita yg bekerja lalu ajal menjemput sebelum tujuan kita tercapai maka Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.

Saat kita melamar seseorang, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dengan yang lain. Sakit hati sih wajar dan manusiawi, tapi ingat bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya sudah baik, caranya sudah benar, kalaupun tidak jadi nikah dengan dia. Siapa tahu ALLAH telah menyiapkan kandidat lain yang lebih cocok.

Atau sudah daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik, dan sudah siap untuk berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal untuk berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Jangan terlalu cepat menvonis, karena bisa jadi ini merupakan nikmat dan pertolongan dari ALLAH, karena kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin ALLAH tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.

Oleh sebab itu, sekali lagi jangan kita terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan ALLAH. Kalau misalnya kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat ALLAH memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar, datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Bisa jadi kita menjadi orang yang hina gara-gara kita punya kedudukan, karena kedudukan kita tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok tahu, maka kita jadi nista dan hina karena kedudukan kita. Bisa jadi kita yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung kita akan susah ke tempat maksiat karena uang kita juga tidak ada, tapi ketika kita punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.

Jadi apa salahnya kita belajar untuk menikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi biasanya tidak dimakan sendirian oleh yang membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.

Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, masya ALLAH. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin, cengengnya luar biasa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP ataupun SMU mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil, sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?

Oleh sebab itu, bagi kita para ibu, nikmatilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak, pusingnya, ngadat-nya, dan rewelnya anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak, menyekolahkan anak, dengan penuh jerih payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini, insya ALLAH tidak akan pernah rugi.

Karena memang rizki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan. Dan akhirnya, hasil yang diperoleh dari tawakal setelah berikhtiar itu haruslah dihadapi dengan ikhlas. Yakni menerima dengan lapang dada apapun yang Allah putuskan. Sebab, Dia adalah Yang Maha Tahu atas segala yang berlaku buat kita. Ingatlah Allah tak pernah tidur dan KeputusanNya adalah yang terbaik

Share


Sumatra, 2012-09-13 : 10:34:47
Salam Hormat
Nata Heriadi

Nata Heriadi mulai gabung sejak tepatnya Rabu, 2012-03-28 07:41:31. Nata Heriadi mempunyai motto
Filsafat : 31 Karya
Surat dari Hati : 1 Karya
Opini : 1 Karya
Resensi : 1 Karya
Total : 34 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Nata Heriadi


Isi Komentar DUA NILAI DALAM HIDUP 4131
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya DUA NILAI DALAM HIDUP 4131 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Orang sukses berpikir dulu baru bertindak
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti