Improving Quality Of Life

Visitor 14.960

Hits 254

Online 7

KATALOG KARYA
2011.418 - 34.LIL
Sejarah - Asal Usul © 2011-02-03 : 21:43:48 (4803 hari -17:29:46 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » KEINDAHAN PUISI TIONGKOK KLASIK ± Sejarah - Asal Usul © Lili. Posted : 2011-02-03 : 21:43:48 (4803 hari -17:29:46 lalu) HITS : 2385 lyrict-lagu-pilihan-lama kumpulan puisi mutiarasukma32
RESENSI : JudulBuku:PurnamadiBukitLangit

AntologiPuisiTiongkokKlasik

KaryaTerjemahan:ZhouFuyuan

Penerbit:Gramedia(cet.1/April2007)

Judul Buku : Purnama di Bukit Langit

Antologi Puisi Tiongkok Klasik

Karya Terjemahan : Zhou Fuyuan

Penerbit : Gramedia (cet.1/April 2007)

Tebal : 454 h

CARILAH ilmu meskipun sampai ke negeri Cina, sabda Nabi. Dan hal ini berlaku juga untuk kita yang ingin mendalami puisi. Cina atau Tiongkok tercatat sebagai negeri dengan sejarah kesusastraan paling tua di muka bumi ini. Puisi-puisi Cina klasik hingga saat ini bagai sumur yang tak pernah kering digali, dinikmati, dirasakan kesejukan dan kesegarannya. Ribuan, bahkan jutaan puisi lahir dari ribuan penyair Tiongkok kuno. Karya-karya mereka adalah mutiara yang kilauannya menembus bentangan masa, terentang sepanjang zaman.

Sayangnya, mutiara-mutiara tersebut tak bisa kita reguk kilauannya dengan leluasa dalam rentang waktu yang cukup lama. Pada masa orde baru berkuasa di negeri ini, hanya beberapa gelintir puisi saja yang bisa kita nikmati terjemahannya dalam berbagai cetakan media. Selama itu bahkan tercatat hanya satu buku yang pernah diterbitkan mengenai karya-karya penyair Tiongkok klasik, yakni Antologi Puisi Klasik Cina (Budaya Jaya, 1976). Buku ini memuat 56 buah puisi hasil terjemahan Sapardi Djoko Damono dari Bahasa Inggris. Artinya puisi tersebut sampai ke tangan kita setelah mengalami dua kali penerjemahan, dari bahasa Cina ke Bahasa Inggris, lalu ke Bahasa Indonesia. Kebijakan politik orba tentu saja menjadi salah satu penyebab utama mengapa kita begitu berjarak dengan karya sastra Cina selama ini.

Bila membaca buku terjemahan Sapardi kita hanya bisa mencicipi sedikit dari aroma klasik puisi Cina, maka lewat buku “Purnama di Bukit Langit” kita bisa mereguk puas aroma dan auranya yang sungguh menakjubkan. Dalam buku ini tak kurang dari 560 buah puisi disajikan sang penerjemah Zhou Fuyuan. Ia menghimpun dan mengalihbahasakan langsung dari bahasa aslinya (Cina klasik) ke bahasa Indonesia, dengan sangat luarbiasa.

Setidaknya hingga saat ini, buku inilah yang paling representatif menghadirkan karya-karya terbaik dari jagat perpuisian Tiongkok klasik yang terentang dari zaman Dinasti Zhou (1066?-256SM) sampai kerajaan terakhir yakni Dinasti Qing (1616-1911). Untuk pembaca yang sama sekali buta akan keberadaan puisi Tiongkok klasik, penerjemah bermurah hati menuliskan berbagai hal berkaitan dengan puisi dan kondisi masyarakat Tiongkok yang melatar belakangi lahirnya karya puisi. Tulisan cukup panjang yang terangkum dalam bab Pendahuluan tersebut, memuat hal-hal yang sangat membantu kita untuk mengetahui lebih dalam tentang posisi puisi dalam masyarakat Tiongkok kuno, perjalanan sejarah negeri Tiongkok, dan jenis puisi yang banyak ditulis para penyairnya. Dan pada bagian lain, tercantum juga biografi singkat 17 tokoh penyair penting dalam dunia kepenyairan Tiongkok klasik.

Kian lengkap, karena buku ini juga diawali dengan pengantar Leo Suryadinata yang dengan detil menguji kualitas penerjemahan Zhou Fuyuan, dan membuat kita percaya bahwa Zhou Fuyuan lebih mampu mengalihbahasakan puisi Tiongkok klasik ini dibanding penerjemah terdahulu. Lewat beberapa contoh yang diuraikan, kita selanjutnya bisa tenang membaca satu persatu judul puisi tanpa takut disesatkan oleh buruknya penerjemahan, sebagaimana seringkali kita hadapi saat membaca buku-buku sastra terjemahan akhir-akhir ini.

Yang sangat menarik, Zhou Fuyuan menghidangkan puisi-puisi terjemahannya ini dengan disertai juga catatan kaki mengenai situasi yang dialami sang penyair ketika menuliskan puisi tersebut. Hal ini ia lakukan untuk puisi yang memang butuh keterangan tentang latar budaya khas dan situasi politik yang tengah berlangsung dan menjadi latar lahirnya puisi tersebut. Hal ini penting karena banyak penyair Tiongkok klasik yang juga menjadi bagian dari kekuasaan sebuah dinasti, atau juga terlibat dalam pergolakan politik.

Misalnya pada sebuah puisi pendek karangan Jing Ke (?-227SM) berjudul “Nyanyian Sungai Yi”. Isi puisinya demikian: Angin menderu-deru oh dinginnya Sungai Yi, / sekali bertolak oh Satria takkan pulang kembali!//. Untuk puisi ini penerjemah menyisipkan catatan kaki: Jing Ke diberi tugas rahasia melaksanakan pembunuhan terhadap Raja Qin. Pangeran Yun dan para sahabat dekat berpakaian serba putih, melepas keberangkatan di tepi Sungai Yi. Sadar baik sukses maupun gagal tak akan lolos dari kematian, saat berpamitan Jing Ke melantunkan lagu ini. (Hal. 25).
Demikian, buku yang ulasan penutupnya ditulis oleh Sapardi Djoko Damono ini, tak hanya memberi kita bahan apresiasi, tapi juga sebuah karya lengkap yang akan membuat ruhani kita menjadi semakin berisi.***

Share


, 2011-02-03 : 21:43:48
Salam Hormat
Lili Suryani

Lili Suryani mulai gabung sejak tepatnya Kamis, 2011-02-03 05:54:42. Lili Suryani mempunyai motto
Sejarah : 1 Karya
Total : 1 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Lili Suryani


Isi Komentar KEINDAHAN PUISI TIONGKOK KLASIK 418
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya KEINDAHAN PUISI TIONGKOK KLASIK 418 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Beberapa kegagalan hanya merupakan cicilan-cicilan untuk mendapatkan kemenangan.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti