Improving Quality Of Life

Visitor 16.084

Hits 247

Online 7

KATALOG KARYA
2011.982 - 64.MIS
Berita - Kepemerintahan © 2011-05-06 : 13:50:54 (4740 hari -09:24:45 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » CUKUPKAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN? ± Berita - Kepemerintahan © MIS. Posted : 2011-05-06 : 13:50:54 (4740 hari -09:24:45 lalu) HITS : 2019 lyrict-lagu-pilihan-lama kumpulan puisi mutiarasukma17
RESENSI : JAKARTA,KOMPAS.com—PengamatpendidikanAriefRachmanmengatakan,saatinipenanamanideologiPancasiladapatditerapkandalammatapelajaranKewarganegaraan.Namun,agarideologitersebutdapatberjalan
JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, saat ini penanaman ideologi Pancasila dapat diterapkan dalam mata pelajaran Kewarganegaraan. Namun, agar ideologi tersebut dapat berjalan maksimal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah proses pembelajaran.
Kelemahan proses pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah kita kuat di kognitif saja. Contohnya, ada anak tahu Pancasila, tetapi sikap dia tidak mencerminkan pengetahuan yang dia tahu itu. Arief Rachman
Arief, yang juga menjabat Duta UNESCO untuk Indonesia, menuturkan, dalam setiap proses pembelajaran harus meliputi tiga aspek, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (pengalaman). Begitu pula dengan penanaman ideologi Pancasila dalam pelajaran Kewarganegaraan. Ia menilai, ketika ketiga aspek tersebut tidak dijalankan secara seimbang, justru akan menjadi kelemahan dalam proses mengajar.
"Kelemahan proses pendidikan di Indonesia, pada umumnya, karena kita kuat di kognitif saja. Jadi, contohnya, ada anak tahu Pancasila itu apa, tetapi sikap dia tidak mencerminkan pengetahuan yang dia tahu itu," kata pria kelahiran Malang, 19 Juni 1942, ini, Kamis (5/5/2011).
Arief mengingatkan, gerakan Negara Islam Indonesia (NII) dan berbagai masalah lain dapat dengan mudah muncul ke permukaan jika hanya menekankan aspek kognitif dalam proses pembelajaran dan penerapan ideologi Pancasila.
"Salah satunya adalah mudahnya gerakan NII memasuki dunia pendidikan," ujar Arief.
Sebelumnya Arief juga mengatakan, bagian terpenting penanaman ideologi Pancasila di dunia pendidikan saat ini tidak hanya meliputi materi, tetapi juga sikap-sikap yang dibentuk dalam nilai Pancasila itu sendiri. Pasalnya, meskipun seorang anak diberikan mata pelajaran tersebut, belum tentu anak itu menjadi seorang pancasilais.
Arief menambahkan, ideologi Pancasila tetap relevan sampai kapan pun bagi bangsa Indonesia. Ia menilai, walaupun saat ini pelajaran Pancasila sudah tidak terdapat lagi dalam kurikulum, penanaman ideologi tersebut dapat secara langsung diterapkan dalam proses mengajar.
"Yang terpenting adalah mengaktualisasikan dalam contoh-contoh problematik saat ini, karena Pancasila tetap relevan," kata Arief.

Share


Jawa, 2011-05-06 : 13:50:54
Salam Hormat
MIS Mutiara Sukma

MIS Mutiara Sukma mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2011-04-24 21:23:51. MIS Mutiara Sukma dilahirkan di Bandung mempunyai motto Jadikan diri sebagai haadiah bagi kebaikan untuk sesama.
Berita : 242 Karya
Resensi : 30 Karya
Opini : 33 Karya
Puisi : 81 Karya
Cerita Pendek : 6 Karya
Sejarah : 2 Karya
Cerita Bersambung : 3 Karya
Laporan : 15 Karya
Prosa : 3 Karya
Biografi : 12 Karya
Wacana : 2 Karya
Filsafat : 48 Karya
Kisah Nyata khusus Privacy : 4 Karya
Pantun : 1 Karya
: 4 Karya
Lyrict : 1 Karya
Surat dari Hati : 68 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Total : 556 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS MIS Mutiara Sukma


Isi Komentar Cukupkah Pendidikan Kewarganegaraan? 982
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Cukupkah Pendidikan Kewarganegaraan? 982 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Jalan yang sejauh apapun, selangkah demi selangkah pasti akan sampai di tujuan. Jalan yang sedekat apapun, jika tidak pernah melangkah, maka selama-lamanya tidak pernah akan mencapai tujuannya
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti