|
Ibuku masih duduk di Mushola rumahku setelah menyelesaiakan Shalat Asharnya.
Jari jemari tangan kanannya tidak henti - hentinya menggulirkan biji-biji tasbeh yang dibawanya dari kampung.
Aku memangil Angger untuk menyampaikan pesan buat Bibi agar menyiapkan segala-sesuatunya untuk makan Ibu nanti. Terutama sambel terasi dan capcay kesukaan Ibu.
Setengan jam kemudian Ibuku keluar dari Mushola dan masih mengenakan Mukena dan mendekati Angger yang sedang nonton Televisi saluran Network Cartoon.
“Ger, bilangin sama bibi gih tidak usah myambel. Biar Mbah saja yang nyambel.”.
“Memamg kalau Bibi yang bikin sambel tidak enak rasanya.. Bu..?”. Tanyaku.
“Bukan begitu. Ibu bawa terasi yang sangat enak”. Kata Ibuku sambil membuka karung yang berisi beras dan didalamnya ada 3 bungkus terasi kurang lebih beratnya hampir 1.5 Kg-an.
“Ya ampun Ibu…”. Kataku dengan terus memperhatikan bungkusan Terasi yang di bawanya.
“Terasi yang Ibu bawa tiga bulan lalu masih banyak Bu..?”. Kataku menjelaskan pada Ibu.
“Ya itukan dulu. Yang ini terasinya lain…”. Jawab Ibuku dengan sangat ringan.
Sejenak aku berfikir, bahwa memang dalam hidup harus senantiasa ada pembaharuan meskipun contentnya sama yang dalam hal ini dilambangkan dengan terasi. Apakah, disini letak keabadian suatu keindahan...?
Hidup tidak cukup dengan kata puas karena masih terlalu banyak yang belum bahkan tidak kita ketahui. Belajar memahami itu harus terus menerus dilakukan.
Aku hanya memandang ibuku ayng telah renta. Diusianya yang hampir 80-an tahun, Ibuku masih cukup aktif bila dibandingkan teman-teman sebayanya.
“Bu.., kalau perlu sesuatu bilang saja ya…? Angger… Papa ke ruang studio. Jaga Mbah ya..?”.
Tanpa jawaban, aku pergi menuju ruang studio yang juga sebagai ruang lobby bisnisku. Sejenak aku memandang ruang lobbyku sebelum aku masuk. Aku bersyukur, ruang lobby ini telah memberi banyak hal dalam meningkatkan hubungan relasi bisnisku.
Pak Broto menghampiriku sambil sedikit membungkuk.
“Maaf Pak mau masuk?”. Tanya Pak Broto sambil memperahtikan serangkaian kunci yang dibawanya.
“Iya Pak, tolong buka..”. Jawabku singkat.
Pak Broto bergegas menuju pintu ruang lobby yang terbuat dari Kayu jati ukiran Jepara. Setelah membukanya, Pak Broto terus masuk menyalakan lampu-lampu dalam ruangan.
Aku menuju ruang studio. Aku berdiri sejenak memandang tata rias lampu ruangan. Setelah merasa puas aku menuju Grand Piano lalu, mulai memainkan jari-jemariku di atas tut-tut piano mengalunkan Instrumentalia Ie Cai Fung Cung karya Fahrenheit. Sebuah lagu memori.
………………………………………………………………
Malampun akhirnya tiba seperti malam-malam sebelumnya. Akupun biasa seperti malam kemarin aku berada di ruang atas, didepan sebuah perangkat computer dengan iringan irama CHRYSANTHENUM DAIS dalam lagu Autumn Do Not Come Back.
Ketika Adzan Subuh bergema, aku menghentikan kegiatanku. Aku berdiri dan menggeliat seperti meluruskan semua persendianku yang kaku.
Deru kendaraan dibawah terdengar jelas, aku segera melihat ke bawah. “Oh.. Bung Ashwin”. Gumanku.
Memang pagi ini saya bersama Bung Ashwin akan melakukan perjalanan ke beberapa kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, dan terakhir di JogjaKarta.
Aku bergegas turun, dan ketika sudah sampai di ruang tamu Bung Ashwin sudah duduk di ruang tamu.
“Asslamau’alikum”. Demikian Bung Ashwin berucap dan menjabat tanganku.
“Walaikumsalam. Jam berapa dari Bandung?”. Tanyaku ketika tanganku masih menjabat tangannya.
“Jam 02.20. Hm.. pengen Shalat berjamaah di sini”. Jawab Bung Ashwin
“Khabar anak-anak di rumah..?”. Tanyaku.
“Alhamdulillah baik-baik semua. Oh ada Ibu..? Kapan Ibu datang…?”. Ujarnya ketika melihat Ibuku muncul di ruang tamu dengan merapatkan kedua telapak tangannya di dada.
“Hm.. ini Pak Ash… “. Jawab Ibuku.
“Ashwin Bu ….”. Jawab Pak Ashwin.
“Oh iya… sekarang sudah punya berapa momongan..?”.
“Masih seperti yang dulu Bu, sepasang…”.
“Iya.. syukurlah. Sekarang kelihatan tambah makmur”.
“Alhamdulillah Bu. Berkat dukungan Papanya Angger”.
“Kita Shalat dulu terus kita berangkat”. Kataku.
“Oh baik… Bu saya Shalat dulu..”. Jawab Bung Ashwin terus menuju tempat bersuci.
Setelah kami menunaikan shalat bersama dengan IMAM Bung Ashwin, kami bergegas menuju ruang garasi.
Satu Mercedez telah disiapkan Pak Broto dengan segala sesuatunya.
Bung Aswhin menyerahkan kunci kendaraanya ke Pak Broto.
“Pak, titip Ibu dan Angger ya? Dan, mobil Pak Ashwin masukan ke garasi ya..?”. Kataku pada Pak Broto. Lalu, kamipun berlalu dengan lambaian tangan Angger dan Ibu.
Telponku berdeing.
“Ya Pagi”. Jawabku.
“Baiklah hati-hati ya Bu Evy…”. Jawabku untuk Bu Evy yang juga sudah meluncur ke wilayah Karawang/Cikampek.
Demikian pula teamku yang lain telah mengabarkan posisi perjalanannya.
Jawa Tengah, 2011-05-14 : 07:57:23 Salam Hormat Anynomous
Anynomous mulai gabung sejak tepatnya Jumat, 2011-01-21 12:51:31. Anynomous mempunyai motto Untuk memulai biasanya lebih sulit walau ada yang lebih sulit lagi
Filsafat : 16 Karya Puisi : 164 Karya Prosa : 1 Karya Lyrict : 5 Karya Berita : 10 Karya Cerita Bersambung : 4 Karya Novel : 1 Karya Opini : 21 Karya Surat dari Hati : 9 Karya Total : 231 Karya Tulis
DAFTAR KARYA TULIS Anynomous
Isi Komentar Cinta ini membuatku gila Eps 2. bag.3, KASTIL CINTA 1002
BACK
ATAU berikan Komentar mu untuk karya Cinta ini membuatku gila Eps 2. bag.3, KASTIL CINTA 1002 di Facebook
Terimakasih KASTIL CINTA KU ,
CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Orang yang bercita-cita memiliki ribuan strategi, Orang yang tidak memiliki cita-cita merasakan ribuan kesulitan
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti
|
|