Improving Quality Of Life

Visitor 19.683

Hits 286

Online 12

KATALOG KARYA
2010.228 - 64.MIS
Berita - Legenda © 2010-11-22 : 14:16:36 (5117 hari -08:29:08 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » TOKOH KECIL DALAM SEJARAH BESAR ± Berita - Legenda © MIS. Posted : 2010-11-22 : 14:16:36 (5117 hari -08:29:08 lalu) HITS : 2314 lyrict-lagu-pilihan-lama () Editor
RESENSI : Di luar kisah Danti, dalam Arumdalu kita juga merasakan suasana embrio perjuangan melawan penjajahan Belanda. Pembaca ikut merasakan kegagalan demi kegagalan mengusir kaum penjajah karena semangat perlawanan belum menjadi sebuah kekuatan yang terintegrasi. Perlawanan masih terkotak-kotak sehingga begitu mudah dipatahkan, selain masih banyak kalangan priyayi yang tidak mendukung perlawanan tersebut karena sudah nyaman menjadi kaki tangan kaum penjajah. Alih-alih dianggap sebagai pahlawan, para pejuang tersebut justru diberi predikat sebagai pemberontak yang membuat kekacauan demi kekacauan
Tokoh Kecil dalam Sejarah Besar (Sun 21 Nov 2010).-- MENGIKUTI perkembangan penerbitan buku fiksi belakangan ini, kita akan melihat begitu banyak fiksi sejarah yang beredar. Para penulis dari berbagai generasi seperti berlomba menggali harta karun sejarah berbagai tokoh, kerajaan, termasuk perjalanan masyarakat Indonesia menjadi sebuah bangsa. Tidak selamanya tokoh yang diangkat tersebut merupakan tokoh utama yang punya nama besar. Ada kalanya merupakan tokoh kecil dalam sebuah kejadian besar. Kedudukannya kecil, tapi kadang menentukan.

Salah satunya adalah Arumdalu. Buku kedua karangan Junaedi Setiyono ini memotret perjalanan hidup Raden Ayu Danti yang lebih dikenal sebagai Arumdalu. Perempuan cantik itu dipanggil Arumdalu karena kesukaannya menyuntingkan bunga itu di rambutnya. Arumdalu mungkin bukan tokoh utama dalam perjalanan sejarah pada masanya, kendati pada awal 1825 atau saat meletusnya Perang Jawa, hampir semua lelaki muda Salatiga mengenal gadis itu. Arumdalu tentu saja tidak lebih penting dari Perang Jawa, tetapi seperti yang ditulis dalam sampul buku fiksi sejarah tersebut; tiap-tiap sejarah besar diwarnai kejadian kecil yang kadang lebih menarik daripada peristiwa besar itu sendiri.

Danti Arumdalu memang hanyalah setitik air dalam samudra Perang Jawa. Namun, bagi Den Mas Brata atau tokoh aku, Danti itulah perang yang sesungguhnya. Tidak ada yang lebih berharga bagi Brata selain Danti. Sejak pertama melihat perempuan itu semasa mereka masih bocah, Brata tidak pernah bisa melupakan Danti dan terus berupaya memiliki gadis ayu itu. Ketika beranjak remaja ia menyatakan cintanya kepada Danti, perempuan yang senang berpakaian serbaputih itu menjawabnya dengan senyum. Ketika Brata menegaskan kalimatnya, Danti malah tertawa. Ternyata sebelum Brata, sudah lebih dari selusin lelaki di Salatiga yang menyatakan cintanya kepada perempuan itu. Tapi, tidak satu orang pun yang berhasil memikat hati Danti.

Perempuan itu menolak cinta banyak lelaki karena sudah mempunyai tambatan hati sendiri. Lelaki itu beruntung karena dicintai Danti, tetapi cinta itu juga yang menghancurkan keluarganya hingga membuat ayahnya, Ki Abilawa, tewas dibunuh. Kecantikan Danti berubah menjadi kutukan bagi Resa dan keluarganya.

Den Mas Brata merasa kalah dalam persaingan merebut Bunga Salatiga itu. Lebih menyakitkan lagi karena yang "mengalahkannya" bukan seorang lelaki keturunan bangsawan. Resa hanyalah anak seorang tukang jagal sapi. Brata mendapatkan kepastian kabar tentang pilihan hati Danti itu dari Danar. Danar hafal betul dengan gerak tubuh dan roman adiknya ketika menyukai seseorang, juga saat membencinya (hlm. 32). Penuturan ini membuat penggambaran karakter Danar terasa lemah karena berikutnya Danar malah mengeroyok Resa setelah dipanasi Brata mengenai calon adik ipar Danar yang seorang tukang jagal sapi. Logikanya, kalau memang Danar sudah tahu lebih dulu adiknya jatuh hati kepada Resa, kenapa justru dia terlambat panas setelah mengetahui kedekatan Danti dengan Resa yang berujung kepada pengeroyokan Resa (hlm. 42). Selanjutnya, Danar berjuang mati-matian menjodohkan Danti dengan Den Mas Lesmana kendati harus menyingkirkan Resa dengan berbagai cara, termasuk dengan kekerasan. Namun, motifnya menjadi lebih kuat karena Danar ingin memperkaya diri dan memperkuat pengaruhnya.

Brata tidak pernah berhasil memikat hati Danti, bahkan sampai perempuan itu menikah dengan Lesmana. Brata ikut berperan untuk menjadikan Danti sebagai istri Lesmana yang digambarkan sebagai seorang lelaki cengeng yang hidup di bawah ketiak orang tuanya. Setelah kematian Lesmana yang misterius, Brata ikut membantu Danar menjadikan Danti sebagai istri simpanan Den Mas Pringga, seorang bangsawan kaya raya dari Ngayogyakarta Hadininggrat. Ketika itu, Danti sudah tinggal di sebuah loji bergaya India yang dibeli Den Mas Pringga untuk memanjakan simpanannya. Brata yang sudah terpuruk kehidupannya setelah kondisi politik berubah, akhirnya menjadi centeng Danti dan sejak saat itulah dia lebih dikenal sebagai Ki Brontok. Baginya, bisa berdekatan dan terus memelihara kekagumannya terhadap Danti sudah sangat menghibur setelah gagal mendapatkan perempuan itu. Sebagai pelampiasan nafsunya, sejak muda Brata sering menginap berhari-hari di Kahyangan, sebuah pusat pelacuran di Salatiga. Dia selalu mencari perempuan yang mirip Danti dan membayangkan perempuan itu dalam setiap persetubuhannya.

Junaedi Setiyono mengisahkan kehidupan di Jawa dalam kurun 1811-1830 dengan begitu bersinar dalam setiap rangkaian kalimatnya. Penulis yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Purworejo ini menghindari penggunaan diksi kontemporer sehingga suasana pada masa lalu sangat kental terasa, termasuk dalam penggambaran waktu dari pagi sampai pagi lagi. Untuk semua istilah yang tidak lazim baik dalam bahasa Jawa maupun Belanda, Junaedi menyediakan glosarium di halaman belakang, sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan baru menyangkut berbagai istilah dalam kedua bahasa tersebut. Sayangnya, ada beberapa istilah yang tidak lazim terdengar tidak terlihat dalam glosarium, entah sebuah kealpaan atau memang penulisnya menganggap istilah tersebut sudah familiar bagi pembaca. Namun, terlepas dari itu, pilihan kata yang sesuai dengan zamannya menjadi salah satu kekuatan novel ini. Junaedi yang karya pertamanya, Glonggong, masuk lima besar Khatulistiwa Literary Award 2008, mengisahkan Arumdalu seolah ia hidup dalam masa itu, kendati kisah dituturkan melalui dari sudut pandang Ki Brontok.

Entah karena sudah menjadi ciri khas, dalam Arumdalu penulisnya sangat banyak memulai kalimat dengan kata sambung "dan". Beberapa di antaranya seharusnya tidak dimulai dengan kata itu sehingga terlihat sebagai pembuka kalimat yang tidak mengandung banyak arti. Jika kata itu dihilangkan, malah kalimatnya terasa lebih bersinar. Bayangkan, sampai halaman 73 saja, sedikitnya terdapat 48 kata "dan" di awal kalimat. Artinya, dalam dua halaman minimal terdapat satu kalimat yang dimulai dengan kata "dan". Ini belum termasuk "dan" yang terletak di tengah kalimat. Dalam sebuah paragraf yang tidak terlalu panjang, bisa terdapat lima "dan" baik di awal maupun di tengah kalimat. Hal ini semakin mengganggu ketika sejumlah tokoh di dalamnya juga mengawali kalimatnya dengan kata sambung itu, sehingga mengesankan penulisnya tidak mengoptimalkan kekayaan kata yang dimilikinya. Tanpa kata sambung itu pun tidak akan mengubah arti dan tidak mengurangi urgensi pesan yang ingin disampaikan.

Di luar kisah Danti, dalam Arumdalu kita juga merasakan suasana embrio perjuangan melawan penjajahan Belanda. Pembaca ikut merasakan kegagalan demi kegagalan mengusir kaum penjajah karena semangat perlawanan belum menjadi sebuah kekuatan yang terintegrasi. Perlawanan masih terkotak-kotak sehingga begitu mudah dipatahkan, selain masih banyak kalangan priyayi yang tidak mendukung perlawanan tersebut karena sudah nyaman menjadi kaki tangan kaum penjajah. Alih-alih dianggap sebagai pahlawan, para pejuang tersebut justru diberi predikat sebagai pemberontak yang membuat kekacauan demi kekacauan.

Ayi Jufridar, jurnalis dan penikmat sastra. Tinggal di Lhokseumawe, Aceh.
***
Data Buku
Judul: Arumdalu
Penulis: Junaedi Setoyono
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta
Tebal: 378 halaman
Cetakan: Pertama, Mei 2010
ISBN: 978-979-024-210-4

Share


Jawa, 2010-11-22 : 14:16:36
Salam Hormat
MIS Mutiara Sukma

MIS Mutiara Sukma mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2011-04-24 21:23:51. MIS Mutiara Sukma dilahirkan di Bandung mempunyai motto Jadikan diri sebagai haadiah bagi kebaikan untuk sesama.
Berita : 242 Karya
Resensi : 30 Karya
Opini : 33 Karya
Puisi : 81 Karya
Cerita Pendek : 6 Karya
Sejarah : 2 Karya
Cerita Bersambung : 3 Karya
Laporan : 15 Karya
Prosa : 3 Karya
Biografi : 12 Karya
Wacana : 2 Karya
Filsafat : 48 Karya
Kisah Nyata khusus Privacy : 4 Karya
Pantun : 1 Karya
: 4 Karya
Lyrict : 1 Karya
Surat dari Hati : 68 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Total : 556 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS MIS Mutiara Sukma


Isi Komentar TOKOH KECIL DALAM SEJARAH BESAR 228
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya TOKOH KECIL DALAM SEJARAH BESAR 228 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Jika kita enggan mengerjakan yang kecil bagaimana mungkin bisa menjadi besar?
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti