Improving Quality Of Life

Visitor 19.110

Hits 76

Online 5

KATALOG KARYA
2011.2997 - 13.AHW
Cerita Pendek - Pengalaman © 2011-11-29 : 02:27:15 (4721 hari 04:45:06 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » MISTERI JODOH ± Cerita Pendek - Pengalaman © Ahwan. Posted : 2011-11-29 : 02:27:15 (4721 hari 04:45:06 lalu) HITS : 6703 lyrict-lagu-pilihan-lama () kumpulan puisi mutiarasukma25
RESENSI : Setiap orang pasti ada jodohnya, begitu kalimat yang meluncur dari Ustadz Udin yang sampai kali ini masih kuingat. Aku memang sangat berkepentingan dengan kalimat semacam itu , karena hanya kalimat itulah yang sampai saat ini masih memberi semangat kepadaku.
Setiap orang pasti ada jodohnya, begitu kalimat yang meluncur dari Ustadz Udin yang sampai kali ini masih kuingat. Aku memang sangat berkepentingan dengan kalimat semacam itu , karena hanya kalimat itulah yang sampai saat ini masih memberi semangat kepadaku. Bayangkan dalam usiaku yang sampai saat ini sudah hampir kepala tiga, aku belum juga mendapat pendamping hidup alias bojo. Padahal, kata orang nih, kurang apa sih aku. Pekerjaan punya (walaupun gajinya pas-pasan), penampilan (kalau aku bercermin) rasanya gak jelek-jelek amat. Garis keturunan (bibit, bobot, bebet) juga nggak ada yang perlu disangsikan. Nah, Coba pikir, dengan kualifikasi semacam itu, bagaimana mungkin aku kesulitan mendapatkan jodoh.
Kamu terlalu milih-milih sih , komentar si wawan sahib karibku. hidup jangan terlalu idialis. Nggak ada yang sempurna di dunia ini katanya lagi. Dia memang paling rajin mengkritk aku. Atau dia juga akan meledek aku dengan perkataan Sing jenenge mbojo jebule enake mung sepuluh persen, sing sangang puluh persen uenaaaak buangeeeeeeeet, katanya promosi.
Sembari berkata seperti itu wajahnya menyeringai, mengekpresikan seolah-olah dia sedang merasakan sesuatu yang sangat nikmat. Dan begitu melihat mulutku yang melongo maka dia akan tertawa terkekeh-kekeh. Huh, aku jadi gemes dibuatnya. Tapi itu belum seberapa, coba simak omongan Ridlo, sohibku juga.
alaaah, aku tahu kenapa kamu belum mbojo. Kamu nggak bisa begini kan..? katanya sambil menunjukan telunjukmya keatas. Dari kalimatnya jelas dia meragukan kemampuanku sebagai seorang laki-laki. Tentu saja aku tidak terima. Sebab aku tidak pernah merasa mempunyai kekurangan untuk hal yang satu itu. Cuekin saja kata hatiku.
Kamu itu takut menghadapi kesuliatan hidup , kalimat yang lebih bijak terlontar dari mulut Smile, sohibku yang lain. hidup itu bukan matematika, nggak bisa dihitung- hitung dari kaca mata manusia .
Masih banyak komentar-komentar ataupun sindiran-sindiran lain yang tidak perlu aku ceritakan disini. Walaupun seringkali membuat aku jengah, tapi aku tahu mereka semua ingin agar aku memastikan calon pendamping hidupku, mereka memang sohib-sohib yang baik. Cuma mereka tidak tahu kalau aku punya sebuah misteri.
Aku memang punya kisah sedih soal perempuan. Beberapa kali aku pernah mencintai mereka, tetapi ada saja hal yang menghalangi jalanku untuk bersatu. Cinta pertamaku kutambatkan pada seorang gadis cantik dari desa sebelah. Namanya Dewi. Aku tidak bisa menggambarkan dia kecuali dengan satu kata : Sempurna .
Ya, sempurna. Segala apa yang diingikan wanita ada padanya. Cantik, ramah, dan pandai bergaul. Mungkin inilah bidadari yang mewujud pada manusia. Sejak aku jadian denganya, hari-hari selalu kulewati dengan kebahagiaan. Aku waktu itu masih SMA dan dia SMP. Teman-temanku selalu memandang iri bila aku sedang berjalan berdua. Sayang, Ibunya galak banget.
Kamu itu masih sekolah Le. Belajar yang baik. Nggak usah pake pacaran , katanya waktu aku apel pertama kali kerumahnya. Tatapan matanya yang tajam membuat aku tidak betah duduk berlama-lama dirumahnya. Akupun pamit dengan perasaan yang tak karuan. Kulihat Dewi sekejap, ada titik air yang mengambang di matanya. Itulah terakhir kali aku menatapnya. Karena beberapa hari kemudian keluarganya pindah ke Jakarta. Hancur habis hatiku.
Pacar keduaku adalah Herni. Aku tak perlu detail cerita siapa dia. Aku baru saja lulus kuliah dan mulai bekerja. Dia gadis yang lembut dan penuh pengertian. Tutur katanya indah, dan tatapan matanya adalah telaga yang selalu menyimpan kesejukan. Di depannya, aku nggak pernah bisa marah tetapi juga nggak bisa tertawa berlebihan. Dia banyak memberi pelajaran kepadaku. Pernah aku mengajak dia bersalaman, tetapi dia menolak katanya aku bukan muhrimnya. Aku merasa malu sekali saat itu. Tetapi aku malah semakin menyayanginya.
Suatu saat nanti Mas boleh meminta apa saja asal kita sudah menikah bisiknya malu-malu.
Aku hanya mengangguk. Harapanku begitu besar padanya, sampai suatu sore dia menemuiku dengan wajah yang penuh kesedihan.
Ada apa Her ? tanyaku panik, ada rasa takut yang tiba-tiba menyergap hatiku. Tak pernah dia sesedih itu. Dia diam saja. Di rebahkanya kepalanya di atas meja. Lama dia nggak bicara. Kamipun larut dalam kesedihan.
Maafkan aku ya ? katanya tiba-tiba. Hanya itu kalimat yang meluncur dari mulutnya. Dan itu pula kalimat yang terakhir yang aku dengar darinya, karena setelah itu dia lari keluar sembari menutup wajahnya. Beberapa hari kemudian aku mendengar kalau Herni akan di nikahkan dengan anak teman ayahnya. Lagi-lagi Hancur hatiku.
Akupun kembali menjalani hidupku. Aku tak mau lagi terlibat serius dengan yang namanya perempuan. Beberapa kali memang ada yang mencoba singgah dihatiku, tetapi selalu berakhir dengan kekecewaan karena memang aku tak bisa mencintainya sepenuh hati. Setelah Dewi dan Herni, rasanya sulit sekali aku mencintai orang lain. Bagiku keduanya adalah belahan hati yang tak mungkin aku lupakan. Aku bahkan bertekad kalaupun menikah nanti istriku haruslah gadis yang tidak bernama Dewi atau Herni. Disamping aku nggak mau merusak kenangan mereka, terus terang saja aku trauma berhubungan dengan nama-nama itu. Nanti gagal lagi. Aku kemudian lebih menenggelamkan diriku dalam pekerjaan daripada memikirkn pernikahan.
Manusia boleh memilih rencana, tapi Allah memiliki kehendaknya sendiri. Itulah yang terjadi pada diriku. Waktu itu, dalam kesendirianku, aku memang sering merasa kesepian. Rasanya aku selalu gundah dan gelisah. Untuk menenangkan hatiku aku sering berkunjungke rumah Ustadz Udin. Di situlah aku sering diberi nasehat dan wejangan-wejangan tentang hakikat hidup manusia. Bahwa kita tidak boleh mencintai sesuatu melebihi cinta kita kepada Allah. Apalagi larut dalam kesedihan karena dipermainkan perasaan, itu sama saja mendzolimi diri sendiri. Hidup adalah karunia Allah maka kita harus menyerahkan semuanya kepada Allah. Siapa yang mencintai-Nya dengan sepenuh hati, maka diapun akan membalasnya dengan memberi kita kebahagiaan yang hakiki. Dan wujud cinta kita kepada Allah adalah dengan melaksanakan apa yang sudah menjadi garis ketentua-Nya.
Menikah itu hukumnya wajib bagi pemuda yang mampu dan takut berbuat maksiat , Tuturnya. Aku termenung, mencoba memahami kalimat-kalimat bijak itu. Perlahan-lahan hatiku mulai terbuka. Ya, aku memang harus lebih realistis menghadapi kenyataan.
Sejak itu aku bertekad untuk membuka lembaran hidupku dengan sesuatu yang baru. Aku mulai memikirkan untuk berumah tangga. Kali ini tidak boleh gagal, begitu kata hatiku. Maka rencanapun segera aku susun untuk mematangkan langkah dan strategi yang harus aku lakukan. Hal pertama yang aku buat adalah kriteria gadis yang harus menjadi istriku. Dia haruslah perempuan yang setia, penuh pengertian, taat kepada suami serta cakap mengurus rumah tangga. Kalau soal wajah nggak terlalu aku pikirkan yang penting dia berpenampilan menarik, cantik, langsing, ramah dan pandai.
Oh ya dia juga harus cerdas dan pintar mengaji karena dia kelak akan melahirkan anak-anaku. Dari segi keturunan, dia harus berasal dari keluarga baik-baik, tidak harus dari keluarga yang kaya asal keluarganya tidak kekurangan. Dia juga boleh bekerja asal gajinya tidak lebih besar dari gajiku, karena, aku harus menjaga harga diriku sebagai laki-laki. Satu lagi, dia tidak boleh bernama Dewi atau Herni karena aku tak mau lagi mendengar nama itu dalam hidupku.
Aku mencoba mengingat gadis-gadis kenalanku yang mungkin memenuhi criteria-kriteria itu, tetapi setelah kupikirkan semalaman rasanya nggak ada yang cocok. Ada dua orang gadis yang selama ini memendam perasaan kapadaku. Yang satu namanya Yenni, dia seorang guru di Madrasah Swasta, ayahnya pensiunan mantan kepala dinas kabupaten. Tetapi dia agak terlalu gemuk. Lagipula aku tidak suka caranya berbicara, seperti dibuat-buat. Gadis kedua, seorang pegawai rumah sakit. Anaknya baik dan cantik, sayang ayahnnya mempunyai istri empat orang.
Huh, aku jadi pusing. Selain kedua gadis itu aku nggak punya pilihan lagi. Akhirnya aku rebahan ditempat tidur. Kalau lagi begini aku jadi ingin ketemu Ustadz. Eh, hatiku tiba-tiba tersentak. Ustad Udin kan juga punya anak perempuan. Gadis yang setiap sore mengajar anak-anak kecil mengaji dirumahnya, dia juga yang selalu membuatkan minum bila aku datang. Orangnya cantik, lembut, dan senyumannya sangat ramah. Dia juga yang setiap hari mengurus kebutuhan rumah Ustadz, karena ibunya sudah meninggal. Tentu saja dia cerdas dan pandai mengaji. Aku baru sadar sekarang, gadis inilah yang aku cari selama ini. Kukepalkanka tanganku ke udara, besok aku harus menemuinya.
Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di rumah Ustadz. Kusampaikan maksud hatiku ingin berkenalan dengan putrinya. Ustadz hanya tersenyum. Tapi aku tahu ada kegembiraan yang tersirat diwajahnya.
Saya menyampaikan terima kasih dan menghargai maksud panjenengan. Cuma saya ingin tahu seberapa besar keyakinan panjenegan terhadap putri saya, Katanya.
Yang Jelas lebih besar daripada keyakinan Ustadz terhadap saya, jawabku diplomatis.
Ustadz tersenyum mengangguk angguk. Dia kemudian beringsut dari tempat duduknya dan kemudian masuk kedalam. Tidak lama dia keluar lagi. Tapi kali ini diikuti oleh putrinya. Seperti biasa dia membuatkan kami minuman sepintas kulihat ada semburat rona merah diwajahnya. Ustadz pasti sudah cerita maksud kedatanganku kepadanya. Kutatap wajahnya yang cantik itu.
Dalam balutan busana muslimah berwarna biru, gadis itu nampak begitu anggun. Aku jadi semakin terpesona dibuatnya. Tanpa sadar aku terus memandanginya sampai dia masuk kembali kedalam rumah dan keyakinanku mencapai puncaknya. Aku akan melamarnya saat ini juga. Gadis itu harus menjadi istriku! kataku dalam hati.
Oh ya hampir lupa, ngomong-ngomog siapa nama putrid Ustadz , tanyaku basa-basi.
Oh ya. Namanya, DEWI HERNIAWATI. .
Gedubrak, Apa..!!.
Hampir aku terloncat mendengar nama itu. Duarr, aku laksana mendengar petir disiang bolong. Aku bengong, tidak mampu berbuat apa. Sementara Ustadz hanya tersenyum melihat reaksiku. Entah apa yang ada dalam pikirannya, aku juga tidak tahu. Seperti itu juga aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranku saat itu.

Share


Jawa Tengah, 2011-11-29 : 02:27:15
Salam Hormat
Ahwan Retno Mr

Ahwan Retno Mr mulai gabung sejak tepatnya Rabu, 2010-12-01 08:32:10. Ahwan Retno Mr dilahirkan di Banjarnegara mempunyai motto Manis jangan segera ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan Manis terasa manis setalah mengunyah yang pahit
Puisi : 7 Karya
Cerita Pendek : 2 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Fiksi : 1 Karya
Berita : 1 Karya
Opini : 2 Karya
Surat dari Hati : 1 Karya
Filsafat : 2 Karya
Total : 17 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Ahwan Retno Mr


Isi Komentar Misteri Jodoh 2997
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Misteri Jodoh 2997 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Seseorang dicerminkan dari buah fikirannya.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti