buliran kilau terik tak lagi menyapu
mengurai kelam di dada langit tak lagi membiru,
... menjadikan hitam regam di sekujur selimut awan hitam
semilir angin menusuk sukma
menyusup di kedalaman,menyeruak noktah noktah kesepian
di ambang sunyi bibir kenangan
menjelma selaksa pecahan angin
memetik bulu mataku yg kemudian jatuh menjadi sendu
menjadi titik pilu bersama aura sunyiku
menghening diberanda bisu yang membeku
...
tatapan layu setengah gelisah dan resah,
lelahkan aku menunggu pendar cahaya yang tak jua terlihat
mencari titik terang pada kelambu yang menyelimuti langit tak berujung
dengan panorama cahaya indahnya yang kini temaram
pejamkan mata sejenak, layangkan jiwa dijejak waktu
noktah noktah yang bercerita tentang misteri hati
menjadi serpihan nyanyian bisu,
curahan jiwa yang meringkih
dimana nyawa tinta, berupa airmata cinta
terasa masih panjang dan panjang bagai tiada tepi
tak mampu ku mengairi bibir mu dengan kata dalam bingkaian puisi
... untuk rasa haus yg menjadi dahaga
biar kan hujan yg mengaliri kenangan sebagai kisah
dan dari titik titik bayu yg meredam masa jeda nya
seraya nanti berganti menjadi lebih indah dan berarti
tidak lah behenti dan menjadi lelah
tuk menyemat kan cerita suara
untuk nya angin,menjadi cerita sebuah hati yg ingin tersampai kan atas hati nya
menunggu mu membuka tabir kisah di lengangnya masa
dengan nyanyian hati kita berkabung dalam diam
kini pagi yg aku tempuh beracun kenangan
hingar rasa tersepuh kala tubuh terbujur ranum
dan aku terdiam menahan kebekekuan
mencari sekelumit rasa yang mampu mencairkan
paggi..
jika sebaris kalimat tergerai angin di sela rasa muramku,dapatkah kau baca..!!!
ah,sungguh keusangan buatku,karna hitamnya tubuhmu...
tentang kepergiannya yang menjadikan kesepian hatiku
tentang langkahnya yang kian menjauh meruntuhkan mimpiku
mengarsirkan airmata di tubuh pijakku
menjadi akhir cerita di tubuh pagi yang pudar dulu
tetes demi tetes airmata kini kembali mengaliri pipi
serpihan demi serpihan rasa terenggut sudah selepas kau pergi
daun daun kelopak hatipun kian layu tanpa musimmu wanitaku
kini aku sendiri tanpamu
menyatu dalam sepi memungut rasa bersama kenanganku
wanitaku...