Improving Quality Of Life

Visitor 6.991

Hits

Online 0

KATALOG KARYA
2012.3498 - 223.GIG
Cerita Pendek - Inspirasi © 2012-03-13 : 06:13:52 (4667 hari 05:58:12 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » KONSPIRASI TINGKAT RENDAH. ± Cerita Pendek - Inspirasi © GigihSantosa. Posted : 2012-03-13 : 06:13:52 (4667 hari 05:58:12 lalu) HITS : 1951 lyrict-lagu-pilihan-lama
RESENSI : Saat aku menaruh banyak asa pada dirimu dan seiring berjalannya waktu ketika harapan-harapan itu lepas entah kemana di sinilah aku terpuruk.. Sendirian!
Kabut pagi masih menyelimuti desa Tal, kecamatan wono arum, kabupaten Argo kidul. Saat itu fitri telah terbangun dari tidur yang dirasanya sangat-sangat tak nyenyak. Semalaman mas Anjar lagi-lagi tak pulang.
Padahal fitri tahu jadual kerja suaminya hari ini habis pukul tujuh malam, dan paling lambat jam delapan malam mas anjar seharusnya sudah sampai rumah. Gelisah, pikiran was-was, curiga, selalu bergelayut dikepala fitri membuatnya terserang migrant akhir-akhir ini.
Pernah suatu saat fitri memberanikan diri tuk bertanya pada suaminya..Lembur!! jawab anjar singkat.

Hari-hari belalu fitri masih mengendapkan hatinya tuk menuntaskan segala keingin tahuan tentang suaminya. Apa yang terjadi akhir-akhir ini? mengapa suaminya berubah perangainya? dan yang paling dirasakan oleh fitri adalah perhatian suaminya kepada Bagas buah hati satu-satunya juga mulai berkurang. Seribu tanya memenuhi kepala fitri.
Kala penat dan capek oleh urusan rumah tangga harian,terlebih Bagas dari sore tadi badanya agak sedikit panas. Belum masalah air yang sering ngadat dikarenakan jumlah debit air PDAM setempat sangat-sangat terbatas, oh....lagi-lagi kepala fitri rasanya mau pecah!!

Dilain tempat dalam waktu bersamaan. Pukul tujuh lebih duabelas menit, diwaktu anjar lepas piket. Malam itu anjar berdiri diujung lorong rumah sakit tempatnya bekerja. Anjar tercatat sebagai salah satu perawat di Rumah sakit negri di kabupaten Argo kidul, biarpun laki-laki skillnya dalam bidang keperawatan tidak diragukan lagi,..yak betul, keliatan sebagai suami idaman, laki2 ideal. Di tunjang dengan perawakan yang bersih, tergolong kuning, berhidung agak mancung, anjar memang termasuk katagori tampan.
Anjar berdiri agak gelisah di ujung lorong rumah sakit tempatnya bekerja, sesekali dia terlihat selalu melihat jam tanganya. Semua orangpun tahu, tanda tanda seperti itu adalah tanda seseorang yang sedang menunggu. Terlihat muka anjar sedikit memerah ketika terdengar suara sepatu berhak sedang mendekati dimana anjar berdiri. Senyum anjar seketika merekah, ketika terlihat seorang wanita berpakaian biasa tetapi ditanganya terlampir jas putih dan dilehernya masih melingkar stetoscope juga tersenyum penuh arti...ups, siapa wanita itu?
“hai...”sapa wanita itu sumringah.
“sedikit terlambat”
“hm,....nggak sabar yah?”
“memang” jawab anjar dengan menggamit tangan wanita itu.
“kemana kita njar?”
“ehm,..pulang kerumah indri aja ya”
“jangan njar, ibuku datang pagi tadi, kita ke vila seperti biasanya aja ya” ajak indri.
“terserah bu dokter aja kalo gitu, he..he..” jawab anjar sambil berseloroh.
“hiiihhhh, awas kalo manggil bu dokter lagi” kata indri sambil mencubit anjar.
“aduhh sakitt”
“biarin, kapok nggak?”
“iya kapokk, ampunn” rengek’an anjar manja. Hufft, betul2 mereka berdua telah dibuai asmara.
Mereka berjalan beriring,menuju tempat parkir mobil indri dibelakang rumah sakit menuju sebuah vila di kawasan Kaliurang.

Sekitar sebulan sesudahnya.
“maaf, dokter indri sudah ada ditempat belum ya?” tanya fitri kepada seorang perawat.
“kelihatanya belum masuk mbak, piket dokter indri jam 16.00,kurang sejam lagi dari sekarang”jawab perawat itu.
“maaf, ada apa ya mbak,..terus mbak ini siapa?” lanjut perawat itu.
“saya fitri mbak, saya istri dari mas anjar, perawat rumah sakit ini juga” jawab fitri.
“o, istri mas anjar to, mari mbak silakan duduk,mas anjar hari ini piket malem ya?”
“iya” jawab indri singkat.
Hari ini fitri memberankan diri untuk bertemu dengan dokter indri, fitri ingin menanyakan langsung tentang perihal desas desus hubungan antara suaminya dengan dokter indri. Apapun yang terjadi fitri sudah menimbang segala kemungkinan yang mungkin bisa terjadi. Tapi fitri tetap berharap bahwa kabar angin itu tidak benar. Fitri masih berusaha mempercayai suaminya walau kegundahan sering menyergap secara tiba tiba.

Jam 15.00 indri dah bersiap untuk berangkat kerja. Hari ini indri dapet jatah piket jaga di instalasi gawat darurat. Sebagai dokter indri memang mempunyai etos kerja bagus, berkemauan dan cenderung karieristic. Umur indri sudah dibilang tidak muda lagi untuk ukuran perawan yang belum mempunyai suami.
Saat ini umur indri berjalan 35 tahun, sudah banyak dokter dokter seangkatan atau diatasnya mencoba mendekati indri untuk diajak serius berumah tangga. Tapi dengan halus indri selalu menolaknya. Selain dokter, ada beberapa pungasaha bahkan pejabat yang ingin menjadikan indri sebagai istri, tetapi semua itu seperti angin lalu saja.
Keluarganya terutama kedua orang tuanya sampai bingung, kenapa anak gadisnya belum juga menentukan pilihan hati untuk dijadikan suami.

Sudah lewat 15 menit dari jam 15.00, ketika indri sudah berada digarasi untuk mengeluarkan mobil kesayanganya, honda jazz warna putih keluaran terbaru disaat telepon selulernya berdering.
“ya halo, ada apa beib?” indri membuka pembicaraan.
“hunny udah mau berangkat?” Tanya seseorang dari kejahuan.
“yup beib, ini dah di garasi nak ngeluarkan mobil”
“tahan hunn…kalo bisa nggak usah berangkat dulu gimana?”
“ada apa to bieb, nggak seperti biasanya kamu melarang aku” jawab indri risau.
“gawat beib,istriku sekarang berada dirumah sakit ingin bertemu denganmu” jawab seseorang gelisah.
“why? Biar aja, akan kujawab dengan gamblang” sahut indri agak meninggi.
“hunny please…belum saatnya hunn”
“begitu,..terus?”
“hunny pending aja dulu berangkatnya, biar aku coba atasi dulu hunn”
“ehm,….mas anjar yakin bisa menyelesaikan?” Tanya indri.
“aku coba huun, aku ingin kita main cantik, biar bagai manapun dia masih istri syahku” anjar mencoba menjelaskan.
“baik biar aku telpon rumah sakit, aku datang terlambat satu jam, biarlah Dokter sasongko bertahan satu jam lagi” indri mengalah.
“makasih hunn, aku kira waktu sejam cukup untuk mengatasi keadaan ini” jawab anjar mantab.

Dilain tempat setelah anjar menutup pembicaraanya dengan dokter indri, segera bergegas menyusul istrinya fitri yang sekarang sedang menunggu kedatangan dokter indri untuk minta penjelasan langsung. Hanya kisaran 25 menit anjar dengan mobil Taft yang baru setengah bulan yang lalu dibelikan oleh kekasihnya dokter indri, sudah sampai dirumah sakit tempatnya bekerja.
Anjar segera masuk untuk  mencari dimana istrinya berada, dan tak beberapa lama anjarpun menemukan fitri sedang duduk sendirian di sebuah kursi didepan ruang poly penyakit dalam.
“fit, ngapain kamu kesini” Tanya anjar langsung. Fitri sepertinya tak kaget dengan kedatangan suaminya.
“ada suatu urusan yang aku ingin kejelasan mas” jawab indri.
“maksudmu apa sih fit? Kamu ingin kejelasan tentang apa?” anjar ngeles.
“mas anjar jangan pura pura nggak tahu”
“aku memang nggak tahu”
“oh begitu? aku sudah banyak dengar mas, tentang hubungan kalian” fitri mencoba mempertegas.
“hubungan? hubungan apa? dengan siapa?” bantah anjar dengan penuh penekanan.
“dokter indri!!!” sahut fitri tak kalah keras. Banyak orang pada menengok kearah fitri dan anjar, dan fitri sudah tak peduli lagi.
“fit,..malu fit, kita pulang saja sekarang”suara anjar merendah.
“aku jelaskan nanti dirumah, tapi kita pulang dulu sekarang” ajak Anjar.
“nggak!!! aku ingin disini” sahut fitri tegas.
“kamu mulai berani ya” darah anjar telah mulai sampai ujung kepalanya.
“berani dan tidak tinggal permasalahannya” jawab indri juga mulai ketus.
“oh begitu,...baik, sekali lagi pulang nggak!!!??” Anjar benar2 sudah naik pitam.
“nggaakkkkkkk!!!!” sahut fitri bertahan.
Tak ada jawaban lagi dari anjar. Cuma tiba tiba anjar langsung menyeret tangan istrinya dengan kasar. Tak dihiraukan lagi orang disekitar mereka. Anjar tetap menyeret fitri sampai dihalaman parkir dan langsung membukakan pintu mobilnya sambil mendorong fitri masuk kedalam dengan kerasnya.
Disusul dengan bantingan pintu mobil yang suaranya berderak memekakkan telinga.

Sinar matahari pagi menembus jendela kamar fitri. Dengan berat fitri bangkit. Matanya masih sembab karena menangis oleh dera luka batin yang berkepanjangan. fitri terjaga melihat sisi sampingnya. Namun dia tidak menemukan sosok suaminya disana walaupun keadan itu sudah berjalan beberapa minggu akhir akhir ini.
Sebuah kegalauan yang tak berujung ketika dirasa apa yang dimilikinya sudah tak utuh menjadi kepunyaannya lagi, menjadikan sebuah luka menganga dihati sekaligus menggerogoti kesehatan ragawi. Dan pagi ini lagi lagi  fitri bangun dengan kepala pusing berdenyut denyut.

Dua minggu yang lalu, suaminya anjar telah berterus terang tentang hubungannya dengan dokter indri. Walapun dirinya sudah tidak begitu kaget lagi akan pengakuan itu, tetapi mau tak mau hatinya tetap terpukul. Kenyataan yang ada tak sesuai dengan angannya waktu menerima lamaran anjar beberapa tahun yang lalu.
Saat ini yang menjadi pikiran utama fitri adalah Bagas buah hati satu satunya dengan anjar, yang setiap saat selalu menanyakan keberadaan ayahnya.
“apakah aku mampu menyangga semua ini” batin fitri bertanya kepada dirinya sendiri. Di saat bersamaan Fitri mendengar suara buah hatinnya memanggil dirinya.
“bunda…” panggilan bagas sambil membuka pintu kamar bundanya.
“bunda kenapa? sakit ya?” tanya bagas polos. Fitri segera menghampiri buah hati satu satunya itu dengan senyuman walaupun dalam hatinya sedang remuk redam.
“bagas sudah bangun to?”
“sudah bunda”
“bagus, itu baru anak bunda”. Fitri segera memeluk bagas, dikecupnya kening anaknya dalam dalam. Tak terasa air mata yang sedari tadi fitri tahan telah meleleh keluar satu satu. Berderai bersama keharuan yang membuncah didadanya, melihat kenyataan bahwa kasih sayangnya untuk bagas tak seiring lagi dengan suaminya anjar yang sekarang entah tinggal dimana bersama kekasih barunya dokter indri.
Fitri masih memeluk bagas ketika bagas bertanya.
“kenapa bunda menangis, bunda kangen sama ayah ya?” Fitri makin terisak.
“kata bunda, ayahkan cuma pindah sementara di rumah sakit luar kota, jadi suatu saat nanti kalo sudah selesai tugas pasti ayah pulang” kata kata bagas makin mengiris iris hati fitri. Ketabahanya seperti terguncang, dan yang tadi hanya isakan tangis, sekarang tangis fitri benar benar telah pecah hingga bagas ikut menangis larut dalam kesedihan bundanya.

Waktu berlalu dengan cepatnya. Ketika sebuah bulan telah berlalu, anjar tenyata mau juga pulang.
Fitri tetap menyambut anjar dengan tanpa perubahan berarti seperti sebelum apa yang terjadi, tangan anjar masih disambut dan dicium dengan takzimnya.
“duduk mas, tunggu sebentar biar aku bikinkan minum” suara fitri memecah kecanggungan anjar.
Tak beberapa lamapun teh hangat suaminya telah tersedia di meja depan duduk anjar.
“Bagas mana fit?” Anjar menanyakan bagas anaknya.
“ada mas, biar aku panggilkan ya, tadi main dibelakang rumah dengan mbok jum” jawab fitri.
Tak beberapa lama bagaspun telah berlari menemui ayahnya di ruang tamu.
“ayahhhhh” bagas kegirangan melihat ayahnya pulang.
“kenapa ayah tak pulang pulang? Bagas kangen sama ayah” lanjut bagas sambil memeluk ayahnya.
Melihat bagas begitu riangnya bertemu dengan ayahnya, batin fitri seperti disayat sayat sembilu, perih merintih dan airmatanya tak terbendung lagi tuk tumpah, berderai bersama gerimis hatinya oleh kenangan dan kenyataan yang terpampang dihadapannya.

Bagas begitu asyiknya bermain dengan ayahnya. Anjarpun tampak ceria. Segala kemauan bagas siang itu anjar menurutinya. Sampai sore menjelang ketika bagas sudah harus mandi dan istirahat.
“mbok jum, temani bagas dikamarnya ya” perintah Fitri kepada mbok jum pembantu rumahnya.
“baik bu”jawab mbok jum singkat.
Fitri dan anjar terdiam sejenak, mereka  berenang kepada pikiran masing masing, biar bagaimanapun mereka adalah pasangan suami istri syah, hanya saja dengan permasalahan yang membelit mereka, anjar dan fitri sepintas terlihat canggung.
“Aku harus pulang fit” anjar membuka suara.
“pulang? Apakah disini bukan rumah mas?” fitri mencoba menahan.
Anjar tak bergegas menjawab pertanyaan retorika fitri, dia hanya tertunduk dengan pikiran dan angannya sendiri.
“tidak fit, indri pasti menungguku” anjar agak tergagap.
“bagaimana dengan aku dan bagas mas? Apakah kami tidak menunggumu?” jawab Fitri.
“sudahlah fit, aku tak mau berdebat hari ini”
“ini bukan debat mas anjar, aku berusaha membawa mas kepangkuan kami lagi” suara Fitri lugas.
“aku kira hubungan kita sudah berakhir fit” sela anjar kemudian.
“begitu mas dengan gampangnya bilang hubungan kita berakhir, kita bukan pacaran mas, kita suami istri syah!!” sahut fitri meninggi.
“aku tahu,tetapi aku sudah mantab dengan pilihanku yang sekarang” anjar mempertegas.
“kenapa mas anjar berubah? Sejak kapan mas anjar silau dengan harta?” fitri menohok langsung.
Anjar terdiam mendengar kata kata fitri, tetapi dalam hatinya yang sudah dibutakan oleh segala sesuatunya, membuat anjar sudah tak peduli lagi, anjar telah bertekad untuk menceraikan fitri demi hubunganya dengan indri.
Biarpun anjar tahu, tak mudah semua proses itu berlangsung. Tetapi dengan cara apapun anjar tetap ingin memaksakan kehendaknya. Ada sebersit bimbang bila ingatannya kembali kepada bagas buah hatinya, akan tetapi semua itu terkalahkan oleh harapannya yang membumbung tinggi oleh ambisi serba cukup dalam konteks keduniaan.

Anjar melangkah keluar rumahnya, ketika fitri tak bisa menahan suaminya untuk bertahan walau hanya barang satu dua hari saja. Dipikiran fitri kepulangan anjar bukan untuk dirinya semata, yang sangat ia pikirkan adalah kebahagiaan Bagas dengan senyum cerianya bila ayah kandungnya ada diantara mereka.
Fitri hanya terduduk lesu di ruang tamu, bahkan tangisnya sudah tidak digubris lagi dengan suaminya. Oh,begitu berat pikiran fitri, kepada siapa dia mengadu? Selanjutnya Fitri kebelakang, mengambil air wudlu dan bergegas menjalani ibadah kepada TuhanNya. Dia tumpahkan segala kepahitan hidup, beban berat yang sedang disandangnya.
Juga harapan untuk keluar dari masalah yang sedang mengungkungnya saat ini, hanya kepadaNya fitri menumpahkan segalanya lewat lantunan zikir dan sholawat. Bersujud dan bersimpuh dengan deraian air mata bermunajad memasrahkan segala takdirnya dan kehidupanya kelak bila sesuatu terjadi diluar harapan nya.
“ya Rabb, semoga aku tabah akan cobaanMu ini, aku percaya bahwa Engkau tak akan memberiku cobaan yang diluar batas kemampuanku,..tetapi ya Alloh, serasa hari ini aku tak kuat lagii”. kata2 fitri yang diiringi tangis yang menitik dari sudut kedua matanya.
“bila tiada bagas amanahMu ya Rabb, ingin sekali aku memintaMu untuk mengambil saja nyawaku ketika aku tidur agar aku terbebas dari cobaan ini, hingga keesokan harinya aku sudah tak merasakan lagi sakit yg begitu perih, menyayat nyayat hatiku” pengaduan Fitri kepada Tuhanya bak gelombang bergulung gulung, tanpa lelah tanpa henti.
“tetapi begitu kecewanya aku ketika kusadar nyawa ini masih terlampir diam diragaku, dan hari hari kedepan hanya pekat serta kalut yang menghiasi kehidupanku,…Ya Alloh, berikan aku kekuatan, seandainya aku belum saatnya Engkau panggil, walaupun panggilanMu adalah harapan terindahku saat ini”. Sajadahpun ikut basah oleh hamburan air mata fitri.
Kekecewaannya hampir membuatnya putus asa.

Saat aku menaruh banyak asa pada dirimu
dan seiring berjalannya waktu ketika harapan-harapan itu lepas entah kemana
di sinilah aku terpuruk..
Sendirian!

(Sajak diambil dari cerpen “tentang luka jiwa” oleh Yeni andriaty).

Di suatu sore, hampir enam bulan petaka Fitri berlangsung.
“mas..”
Hening.
“mas anjar?”
Masih saja hening.
“aku tahu mas anjar bisa mendengarku, akankah mas anjar nggak mau lagi berbicara padaku?” tanya Fitri kemudian.
Tetap saja hening.
Kali ini Fitri mencoba menelpon anjar, diangkat memang, tetapi dikejahuan tiada respon apapun dari suaminya.
“bagas sakit mas”
Tep….tut..tut..tut. Telpon terputus.

Perasaan Fitri sangat gamang. ia memerlukan suaminya saat ini. Dan Fitripun menekan egonya untuk tidak menelpon suaminya lagi. Tetapi kali ini lain. Bagas sedang sakit. Fitri merasa, bila suaminya ada saat ini, mungkin sedikit banyak akan membantu bagas cepat sembuh.
Uhuk..uhuk,..terdengar suara batuk fitri. Karena sebuah hati yang lama sakit, membuat raga merasa toleransi dan ikut2an terluka. Perih, kadang rintihan sudah menjadi lagu sehari hari.
Hati dan jiwa terbenam dalam kegalauan yang teramat panjang, hingga kekeluan membuat sedikit demi sedikit memudarkan hasrat hidup.
Batuk Fitri kali ini lumayan dalam, hingga ketika saputanganya dia kembangkan ada noda merah barang satu dua titik menghiasnya, darah!. Segera ia sembuyikan sapu tanganya, jangan sampai Bagas tahu keadaan bundanya yang sebenarnya.
“bunda” panggil bagas kepada bundanya sambil terbaring lemah dipembaringan, nampak sebuah kompres menempel dikeningnya.
“dingin bunda”
“iya nak, bunda disini, nungguin bagas” jawab fitri sambil membenarkan selimut bagas.
“ayah kenapa tak pulang lagi bunda, bagas kangen, apakah tadi bunda bisa bicara dengan ayah?” dengan mata sayu anak itu meminta penjelasan kepada bundanya.
“ayahmu mungkin sangat sibuk nak” jawab fitri tetap jawaban yg menghibur.
“sudahlah, bagas istirahat dulu ya, biar panasnya reda, bagas harus banyak istirahat” nasihat fitri kepada anaknya.
“iya bunda, tapi kepala bagas pusing sekali” jawab bagas.
Tak ayal hati fitri seperti teriris iris sembilu, matanya basah lagi, karena hanya tangis yang bisa ia perbuat saat ini.
“sabar ya nak, semoga obat yang barusan bunda minumkan bisa membuat berkurang pusingnya bagas”
“ya bunda” jawab bagas seolah tahu kebingungan dan kegelisahan bundanya. Dan air mata itu tetap menetes walaupun tanpa isak.

Dilain tempat. Anjar membuka HPnya, clek! Ada panggilan masuk. Fitri.
“tadi fitri ngebel ya ndri?”
“iya” jawab indri singkat.
“kau angkat?”
“iya”
“kau bicara dengan fitri?”
“aku hanya diam, dia sangka yang tadi ngangkat kamu sendiri” jawab indri.
“apa yang dia bilang?”
“nggak ada, dia juga cuman diam”
“begitukah” tanya Anjar meragukan jwaban indri.
“iya, begitu” ups,indri menyembunyikan hal yang sebenarnya.
“mas anjar kenapa mundur mundur terus mengurus surat ceraimu sama fitri mas?” Tanya indri selanjutnya.
“iya..iya, pasti ku urus kok”
“kapan?”
“mungkin senin aku ke Pengadilan agama untuk mengajukan gugatan ceraiku” anjar menjawab mantab.
“nah gitu dong..itu baru anjarku…hihihi” indri lega sekaligus sumringah.
Dan adegan selanjutnya adalah……..hem, ariel peterpan pun kalah sama Anjar.

Keadaan seperti itu terus berlanjut. Belum usai proses perceraian antara Anjar dan Fitri berlangsung, Tuhan ternyata berkehendak lain. Telah dipanggil umatNya yang bernama Fitri Anggraeni keharibaaNya meningalkan semua orang yang dicintainya.
Dan disebuah tempat, disebuah lembah antara Gunung Sumbing dan gunung Sindoro. Perapian dupa masih saja mengepul. Seorang nenek nenek sedang bergetar mengalunkan mantra dan puja puja. Dengan bantuan angin, benda benda tajam dan berkarat itu menembus wadag kasar.  Pecahan2 kaca, rambut dan paku paku berkarat seketika musnah dan telah berpindah tempat disebuah perut seseorang.
Indri duduk terpekur didepanya, dengan senyum penuh kemenangan.

Ketika seorang manusia telah buta
Padanya halal segala cara
Rendahnya, melebihi binatang yang paling melata.






Share


Yogyakarta, 2012-03-13 : 06:13:52
Salam Hormat
Gigih Santosa

Gigih Santosa mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2012-02-26 09:57:36. Gigih Santosa dilahirkan di Gunung mempunyai motto Hidup adalah jalan untuk kembali kepada Nya.
Cerita Bersambung : 9 Karya
Cerita Pendek : 14 Karya
Prosa : 1 Karya
Puisi : 6 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Total : 31 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Gigih Santosa


Isi Komentar Konspirasi Tingkat Rendah. 3498
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Konspirasi Tingkat Rendah. 3498 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Kekuatan terhebat yang dimiliki seseorang adalah kekuatan untuk memilih.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti