|
Masih kutatap genangan air hujan itu. Genangannya mengkilat ketika tersorot sebuah lampu merkuri di sudut jalan. Dan saat ini, seperti hari hari yang lalu, akupun masih menuggumu, di temani hujan gerimis yang mulai turun lagi. Walaupun dimalam malam sebelum ini, akupun juga tak bosan terpekur, berharap kau pulang seperti janjimu tiga puluh tahun yang lalu. Di setiap hari hariku yang belalu maupun yang akan datang, kenapa aku selalu terjebak oleh angan dan kepercayaanku kepadamu? Kau yang begitu aku banggakan, kau yang begitu aku harapkan ternyata sampai kini tak jua kembali. Sampai kapan lagi aku harus menanti? Kadang suara orang ramai selalu mengolokku dengan sebutan gila, aku tak mengapa, aku iklas, asal penantian ini memang berujung. Dan mana kala aku menangis rindu kepadamu, selalu saja mereka memandang aneh, apakah mereka tak mempunyai rindu? Tak miliki cinta? akupun sudah tak pedulikan lagi mereka mau bilang apa.
Dan lagi lagi aku pulang dengan tertunduk dan menangis perih. Tak aku temukan lagi engkau malam ini. Hanya binatang malam dan suara serangga temani diriku, mengiringi langkahku dengan santun, dengan irama kerinduan yang tiada terperi. Lirih kudengar bisikan angin, bersabarlah laki lakimu pasti menepati janjinya. Langsung ku tanya, kapan?....esok malam, tunggulah sebentar.. jawab angin. Akupun bisa tersenyum lagi. Tetesan air mataku barusan seperti tiada artinya. Bayanganku saat ini kau telah memelukku. Malam ini, seperti malam malam yang lalu, dalam mimpiku kau telah kembali. Duhai kekasih, peluklah aku dan jangan kau lepas lagi.
Yang ku benci bila pagi pagi adalah, aku harus terjaga dengan mimpiku bertemu denganmu. Hal ini bisa membuatku uring uringan seharian, dan aku hanya bisa diam bila seseorang menyebut namamu, memberitahukanku bahwa engkau menitip salam untukku. Kekasihku, pulanglah secepatnya untuk menemuiku. Acchh...rasanya hati ini seperti melayang di atas awan, melambung tinggi, bersama harapanku yang masih membuncah untuk bisa menemanimu sampai ajal menjemput tanpa ada perpisahan lagi.
Matahari telah hilang dalam garis edarnya, akupun berdandan semampuku. Aku tak ingin terlihat pucat ketika kita bertemu, aku masih asihmu yang dulu. Walau guratan dan lipatan dikantung mataku begitu menguasai mataku, tapi toh karena mata ini selalu hanya untuk menangisimu, menangis karena sangat merindukanmu. Kau pasti bisa pahami akan hal ini. Ketahuilah kekasih, kesetiaan dan kesucianku adalah segalanya. Tiada seseorangpun merampasnya dari kepemilikanmu. Karena kaulah satu satunya laki laki yang berhak untuk menerimanya. Ada rasa bangga menyelinap dihatiku, acchh sebentar lagi penantian ini kan berakhir.
Ditempat biasa aku menantimu, aku sebentar bentar berdiri, sebetar bentar duduk. Sampai larut begini kaupun belum ada tanda tanda menghampiriku. Oh kasihku, oh laki lakiku, datanglah malam ini, asihmu selalu setia menunggumu, selalu setia akan janji kita, selalu setia menjaga kesucian cinta ini, harapku pulanglah malam ini. Apakah aku akan kecewa lagi malam ini? Ternyata bayanganmu saja tiada menghampiri. Aku kembali terduduk lemas, sedetik kemudian tangis ini lagi lagi pecah tuk sekian ribu kalinya. Membawa seribu kenang, kecewa dan nelangsa. Tuhan, lagi lagi orang yang berseliweran didepanku menatapku dengan seribu asumsi dikepala mereka. Bahkan ada yang melempariku dengan koin, entah iba ataupun apa, akupun tak tahu. Tapi yang jelas setahuku, aku lebih kaya dari pada mereka, kekayaanku adalah kasih suci serta kesetiaanku menunggumu. Biarpun kenyataan dihadapan mereka, aku hanyalah seorang wanita tua gila. Inilah yang kudapat dari penantianku kepadamu, kekasih.
ooo0000ooo
Tulisan ini ku dedikasikan kepada mak yem (nama asli asih warsiyem konon wanita ini berasal dari ngawi jawa timur, wanita yang setia akan penantianya, yang bila hari telah merambah petang dia akan setia berdiri di sebelah selatan pintu masuk stasiun Tugu Jogjakarta. Menunggu kekasihnya kembali sampai detik ini (Yogyakarta, 16-5-2011).
Yogyakarta, 2012-04-09 : 10:05:21 Salam Hormat Gigih Santosa
Gigih Santosa mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2012-02-26 09:57:36. Gigih Santosa dilahirkan di Gunung mempunyai motto Hidup adalah jalan untuk kembali kepada Nya.
Cerita Bersambung : 9 Karya Cerita Pendek : 14 Karya Prosa : 1 Karya Puisi : 6 Karya Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya Total : 31 Karya Tulis
DAFTAR KARYA TULIS Gigih Santosa
Isi Komentar Gila, itulah yang kudapat dari penantianku. 3631
BACK
ATAU berikan Komentar mu untuk karya Gila, itulah yang kudapat dari penantianku. 3631 di Facebook
Terimakasih KASTIL CINTA KU ,
CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Orang sukses terus bekerja sebelum orang lain berhenti
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti
|
|