|
Orang yang duduk di depan itu tampak dengan berapi-api menjelaskan segala macam argumentasinya untuk mencoba memberi alasan logis atas pendapatnya. Terkadang disela kalimatnya, nada bicaranya harus meninggi. Dari rentetan kalimat yang diucapkannya, sangat terasa bahwa orang ini –sebut saja Pak Bejo-, sangat berusaha ingin meyakinkan para pendengarnya bahwa pendapatnyalah yang benar.
Ketika Pak Bejo selesai bicara panjang lebar, kemudian giliran moderator mempersilahkan seorang tua lain yang duduk di meja seberang pak Bejo –sebut saja namanya pak Untung- untuk bicara. Giliran pak Untung bicara. Tak kalah gegap gempitanya dengan pak Bejo. Dan yang menarik, semua ucapan pak Untung ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pak Bejo. Pak Untung menganggap pendapat pak Bejo salah, dan dengan sama meyakinkannya, berbekal dalil-dalil yang bersumber dari referensi yang sama dengan yang diucapkan pak Bejo sebelumnya, pak Untung seolah memberi pandangan persepsi lain atas referensi itu.
Peristiwa di atas adalah salah satu acara di televisi yang menampilkan dua orang yang berdebat dari dua kubu yang berpendapat berseberangan akan suatu hal. Ditemani oleh satu orang moderator yang selalu tertib menjalankan tugasnya agar pembicaraan tidak melebar kemana-mana dan semua yang hadir di situ menghargai waktu dan tata tertib yang sudah ditentukan.
Menjelang akhir acara suasana semakin memanas. Beberapa kali diiringi tepuk riuh para penonton akan pendapat salah satu pembicara yang merasa berhasil mengemukakan pendapat yang bisa mengunci argumentasi lawannya. Bahkan beberapa kali moderator tampak kewalahan harus memotong pembicaraan, ketika pak Bejo dan pak Untuk sudah saling bantah-membantah diluar kendali atas kesempatan bicara yang diberikan moderator kepada mereka.
Tak lama kemudian waktu habis. Ditutup begitu saja. Singkat moderator hanya memberi kata perpisahan dan semuanya dikembalikan kepada penonton. Banyak orang mungkin kemudian berpendapat, betapa pak Untung dan pak Bejo ini pastilah dua orang seteru yang selalu berseberangan dalam segala hal dan setiap pertemuan. Orang kemudian membayangkan betapa tegangnya suasana setiap mereka bertemu.
Tapi anggapan itu ternyata keliru! Bersamaan dengan selesai acara di tivi itu, ‘running-text’ penanggung jawab acara mulai terlihat, kamera ternyata menangkap –atau mungkin sengaja memperlihatkan- pak Bejo dan pak Untung saling berdiri mendekat, bersalaman dengan senyum lebar, saling rangkul. Bahasa tubuh mereka begitu hangat seperti layaknya dua sahabat yang saling bertemu.
Lalu apakah adu mulut yang mereka pertontonkan sebelumnya adalah sebuah sandiwara? Bukan! Mereka adalah orang-orang terhormat yang masing-masing memiliki prinsip dan nilai yang dengan kuat mereka genggam dan harus mereka pertahankan. Tapi mereka juga orang-orang yang telah matang dan dewasa dalam melihat kehidupan, bahwa perbedaan itu sebuah keniscayaan Sang Pencipta. Sehingga sebeda apa pun kita dengan orang lain, haruslah tetap pada koridor bahwa kita akan tetap menghargainya sebagai sesama manusia.
Dalam lingkup keluarga, sebuah kumpulan manusia yang paling kecil sekalipun, pastilah suatu saat ada beda pendapat. Dengan perbedaan itulah kita seharusnya belajar untuk melihat sisi lain atas pendapat kita sendiri. Dan beda pendapat tidak seharusnya mengurangi rasa sayang antar sesama anggota keluarga.
Se-solid apa pun sebuah organisasi, secara internal pastilah pernah terjadi silang pendapat. Justru beda pendapat inilah yang seharusnya memperkaya lingkup pandang dan wawasan organisasi itu tanpa harus mengurangi rasa saling menghormati sesama anggota organisasi.
Negara kita adalah negara yang begitu banyak terdapat bermacam-ragam perbedaan. Justru itulah kekayaan dan kekuatan kita dalam kesatuan Negara ini. Sungguh saya bersyukur, dalam pembelajaran dan pendewasaan bangsa ini, acara-acara debat semacam yang saya ceritakan diatas semakin banyak digelar. Baik di tivi, radio maupun off-air. Dan orang melihat, ketika acara selesai dua pihak seperti layaknya dua teman, saling sapa, saling tersenyum, makan bersama, saling menanyakan perihal keluarga mereka. Bersyukurlah bahwa kita manusia diciptakan berbeda, sehingga punya kesempatan untuk belajar menjadi dewasa dan mensyukuri perbedaan ini.
26 Februari 2009
Pitoyo Amrih
www.pitoyo.com
Bersama Memberdayakan Diri dan Keluarga
Jawa, 2011-01-09 : 22:55:43 Salam Hormat MIS Mutiara Sukma
MIS Mutiara Sukma mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2011-04-24 21:23:51. MIS Mutiara Sukma dilahirkan di Bandung mempunyai motto Jadikan diri sebagai haadiah bagi kebaikan untuk sesama.
Berita : 242 Karya Resensi : 30 Karya Opini : 33 Karya Puisi : 81 Karya Cerita Pendek : 6 Karya Sejarah : 2 Karya Cerita Bersambung : 3 Karya Laporan : 15 Karya Prosa : 3 Karya Biografi : 12 Karya Wacana : 2 Karya Filsafat : 48 Karya Kisah Nyata khusus Privacy : 4 Karya Pantun : 1 Karya : 4 Karya Lyrict : 1 Karya Surat dari Hati : 68 Karya Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya Total : 556 Karya Tulis
DAFTAR KARYA TULIS MIS Mutiara Sukma
Isi Komentar MENERIMA PERBEDAAN DENGAN SENYUM 372
BACK
ATAU berikan Komentar mu untuk karya MENERIMA PERBEDAAN DENGAN SENYUM 372 di Facebook
Terimakasih KASTIL CINTA KU ,
CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Kesuksesan adalah mengembangkan kekuatan kita, Kegagalan adalah akumulasi dari kelemahan kita.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti
|
|