Improving Quality Of Life

Visitor 6.991

Hits

Online 0

KATALOG KARYA
2011.393 - 13.AHW
Kisah Nyata non Privacy - Inspirasi © 2011-01-19 : 04:02:39 (5093 hari 03:29:32 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » AKU TERKURUNG RUANG DAN TERBELENGGU WAKTU  ± Kisah Nyata non Privacy - Inspirasi © Ahwan. Posted : 2011-01-19 : 04:02:39 (5093 hari 03:29:32 lalu) HITS : 2418 lyrict-lagu-pilihan-lama Killing Me Softly Frank Sinatra (306426) kumpulan puisi mutiarasukma25
RESENSI : 2,5 Tahun yang lalu aku dalam sebuah perjalanan pulang kerja diantar oleh bos ku. Begitu berat hari itu pekerjaan yang harus aku selesaikan, kini tersisa rasa lelah yang tiada tara. Hari sudah gelap, alunan kumandang azan Isya sayup-sayup terdengar di telinga ku menggugah sanubariku. Obrolan kami pun terhenti, sejenak larut dalam irama alunannya.

2,5 Tahun yang lalu aku dalam sebuah perjalanan pulang kerja diantar oleh bos ku. Begitu berat hari itu pekerjaan yang harus aku selesaikan, kini tersisa rasa lelah yang tiada tara. Hari sudah gelap, alunan kumandang azan Isya sayup-sayup terdengar di telinga ku menggugah sanubariku. Obrolan kami pun terhenti, sejenak larut dalam irama alunannya. Mencoba menyelami dan mencari makna di setiap bait yang ada. Mengambil secuil damai sekedar menghilangkan penat di tengah sibuknya jalan raya di Jakarta. 

Kendaraan keluar dari jalan raya, masuk jalan kecil menuju kontrakan ku. Tinggal 800 meter lagi aku bias merebahkan tubuh ku melepaskan semua lelah dan penat, itu pikir ku yang tak terucap sambil mengkhayalkan nikmatnya memeluk bantal guling. Tapi tiba-tiba mobil terhenti, serentak hilanglah semua angan-angan dalam pikiran ku. Aku alihkan pandangan ku ke depan dengan teliti, ku lihat di tengah jalan ada Dua buah drum dicat belang-belang seperti zebra, Aku geser sedikit pandangan ku, dan terlihat sederetan bangku yang kosong. Rupanya sang penghuni telah berdiri dan pergi, aku berniat mencoba mencari ke mana mereka pergi. 

Aku tersentak, terkejut! Ketika sesosok putih telah berdiri di samping jendela, reaksi ku cepat dan berpikir akan ada suara tawa kecil dari perempuan yang menggema. Ternyata tidak, justru suara laki-laki bernada berat dan tinggi berkata "Bapak cepat mundur dan parkir mobil bapak di tempat yang telah disediakan".

Lega sudah hati ku tapi kulit tangan ku masih membekas bintik kecil di setiap pangkal bulu kuduk. Dan ku usap-usap agar cepat kembali seperti semula. Seiring, bos ku keluar dari mobil, aku coba merundukkan kepala melihat ke atas

 

Di balik kacamobil ada seorang yang sedang membaca spanduk besar tertuliskan "Jalan Ditutup Sementara Ada Pengajian Akbar ...." tertulis pula nama besar seorang ulama dibawahnya. Di depan mobil ada seorang dengan pakaian cream sedang berbincang-bincang ngotot dengan beberapa orang berpakaian serba putih dan sebagian mengenakan sorban serius mendengarkan. Tak begitu jelas apa yang mereka ucapkan. Seorang yang berpakaian putih kemudian menunjukkan tempat parkir yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada. Beberapa mobil telah terparkir di sana dan berjubel sepeda motor terparkir pula.

 

Kembali ke dalam mobil.

Lambat laun angan ku kembali bayangan segera melepaslelah dan penat datang lagi. Tapi melihat keadaan, harapan pun hilang terdesak rasa sebal yang mulai mengganjal. Walaupun jalan sebenarnya bias dilewati mobil namun terlihat bos tidak dapat ijin untuk melaluinya. Ku letakkan kedua siku tanganku di dasbor, ku pegang kepala ku dengan kedua tangan ku, jari-jari mulai meremas-remas rambut ku, berharap ada energi baru hadir menemani ku. 

Bos berjalan lesu menuju pintu, terlihat wajahnya kusut sekusut kemeja krem yang dia kenakan. Warnanya kini mulai kecoklatan, Sekilas aku terbayang tidak secerah tadi pagi waktu dia baru datang. Setengah membanting bos menutup pintu mobil dan dia berkata "Lu lihat, tu jalan bisa dilewati kenapa mesti ditutup? kita sekarang harus parkir mobil, dan pulang jalan kaki!" Tak ada jawaban dari ku, justru aku bertanya pada bos "Parkirnya bayar bos?" Tanya ku singkat. Bos menoleh ke arah ku, menatap tajam sambil menggaruk-garuk kepalanya, entah tangannya yang gatal atau kepalanya. Kemudian dia bilang "Wah ini Jakarta orang ke kamar kecil saja harus bayar Rp. 1.000, mana ada yang gratis?". 

Dengan tertawa kecil aku pun bilang "Ternyata kita tidak berdaya menghadapi Raya dan Akbar, sekarang kita terpaksa atau dipaksa jalan kaki karena ada Pengajian Akbar dan terpaksa atau dipaksa bayar parkir karena sekarang kita di Jakarta Raya" sebenarnya aku masih ingin berkata "Kalau kita mau tetap berdaya ya sekarang hindari kedua hal itu" tapi mengingat pekerjaan besok dan keadaan sekarang sudah payah sekali akhirnya aku simpan dihati saja. 

Mendengar kata-kata ku tadi langsung bos menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah ku sambil berkata "ini... ini... kita terusan nanti sekarang kita parkir ni mobil dulu". Rupanya bos sudah menangkap gelagat mau diusir karena para penguin bangku yang menutup jalan sudah berdiri hendak bereaksi. Tidak mau diusir si bos langsung ambil tindakan yaitu kabur. Sekejap terdengar suarastarter mobil dan meraung......... 

Ditempat parkir si bos hanya tertawa kecil, saja cukup lama kami terdiam, mencoba menggali kembali pembicaraan yang sempat terputus. Aku pun diam tak ada sesuatu yang dapat aku bicarakan. Bos mulai berkata dengan pelan "Itu jalan bias kita lewati dengan mobil dan tidak begitu mengganggu semua akan berjalan lancar dan baik-baik saja", aku terap terdiam mendengar ceramah bos. "Inilah masyarakat kita, kalau mereka merasa mempunyai kepentingan dan kepentingannya melibatkan orang banyak mereka tidak mau tahu kepentingan orang lain" lanjutan ceramah bos. Aku hanya bicara dalam hati "Ia begitulah". Aku berusaha meneruskan "Kepentingan mereka didukung ribuan orang, urusannya ibadah dan agama, disebut Pengajian Akbar, saya yakin presiden dengan mengerahkan TNI sekalipun akan segan, Bos". 

"Itu dia, kepentingan kecil dan individu ditambah urusan dunia memang sudah umum dilibas oleh kepentingan yang lebih besar, hanya kepentingan yang mendukung saja yang dibiarkan dan bisa jalan bersama. Intinya kepentingan kecil harus ditanggalkan untuk menghormati kepentingan yang besar, seperti kejadian yang menimpa kita ini" lanjutan ceramah bos. "Ya betul, itu menurut besar kecilnya, kalau menurut urusan agama dan dunia" tanya ku. 

Bos menjawab singkat saja "Urusan mereka suci, urusan kita kotor". Aku jadi tertarik untuk terus bertanya "Kenapa bos, istilahnya pengajian akbar bukan pengajian suci? Kelihatan orang yang hadir memang gede-gede setidaknya orang yang berusaha jadi gede dan merasa gede".

Bos tertawa dan mengajak keluar "Ayo jalan!".

"Saat yang menyebalkan, ketika harus berjalan ditengah orang yang menganggap kita kecil, tidak memiliki kepentingan dan terkesan mengganggu kepentingan mereka", itu yang terlintas dalam benak saya saat membuka pintu mobil dan yang kemudian terlontar juga dari bibir. Bos ku hanya tertawa kecil, dengan wajah yang terlihat kecut. Mungkin ini perasaan ku yang menilai dari sisi yang nampak saja, aku pun terus meyakinkan hati bahwa mereka jauh lebih baik dari semua prasangka yang memang sudah larut dalam kekesalan.

Terlihat dua orang berjalan keluar dari tempat parkir kendaraan, seorang tampak berwajah kusam, seorang lagi berjalan loyo dengan rambut yang sudah awut-awutan. Beberapa saat kemudian mereka melewati para penjaga jalan yang terus memandangi keduanya penuh perhatian. Senyum tipis tersungging dari keduanya, sebagian penjaga menyambut dengan anggukan. Perlahan mereka berdua mulai mendekati area pengajian, jamaah pun tidak ketinggalan memberikan perhatian, setiap langkah dari keduanya seperti tak lepas dari pandangan. Terlihat luar biasa sambutan untuk keduanya ketika musik mulai dimainkan terdengar kencang dengan nada prak.. prak.. prak...........prak.. prak.. prak... seiring tempo musik kian cepat tarian padang pasir di persembahkan sebagai sambutan dengan sair ya habibil mustofa......... dst.

 

Begitulah kira-kira kalau dilihat dari sudut lain, dan sekarang cerita aku kembalikan dari sisi diriku agar alur sesuai dengan yang aku rasakan, tidak melenceng jauh. Dua orang yang kelar dari tempat parkir tentu saja aku dengan bos mudah dikenali dari wajah kusut dan rambut yang acak-acakan. Mereka memandang penuh curiga dan heran karena di tengah-tengah jamaah Pengajian Akbar yang berpakaian putih bersih bertabur harum bunga melati ada dua orang berpakaian kumal berbau keringat melenggang di tengah-tengah mereka. Spontan memang bisa dikatakan jadi pusat perhatian. Seiring tempo musik yang makin cepat, semakin cepat pula langkah kami menuju kontrakan aku. 

Mengapa bos aku begitu baik mau mengantar aku sampai jalan kaki segala? Pasti ada yang bertanya seperti itu, yah karena di kontrakanaku ada setumpuk arsip hasil audit yang harus di cek bos sebelum besok diserahkan kepada owner. Itu merupakan satu-satunya pengalaman menulis yang aku miliki yaitu menulis laporan hasil audit. Setibanya di kontrakan masalah belum terselesaikan, karena bos tidak mau pulang sendirian, dan kami pun tidak mau lagi melalui 800 meter yang menyesakkan dada. Akhirnya diputuskan hasil audit dicek bareng-bareng disini. Aku sudah bosan menulis keluh kesah jadi akhirnya selesai sudah acara cek-mengeceknya. 

Bos tahu kalo aku pernah mengenyam pendidikan diponpes, setelah melewati kejadian tadi dia mulai menggoda ku dengan pertanyaan sensitif seputar agama. Dari apa yang dapat di ambil dari acara yang digelar disebelah itu. Hingga manfaatnya nyanyi-nyanyi dengan diiringi musik semacam itu dan dia juga menanyakan apa perbedaannya dengan konser. Berhubung aku tidak pernah diajarkan hal semacam itu maka semua aku jawab tergantung niat dan tata caranya, intinya niat ikhlas beribadah, tata cara sesuai dengan syar'i yang diajarkan Rasul itu berarti lurus. Hingga akhirnya bos mengajukan pertanyaan terakhir yang selama ini belum terjawab katanya.

Dia bertanya padaku "Kapan Tuhan mulai ada pasti ada awalnya, kapan? Aku sendiri tidak pernah terlintas dan berfikir hal itu, apalagi mempelajarinya dan bagi aku lebih baik menjawab tidak tahu dari pada harus mengarang. Tapi mungkin karena lelah dan kantuk yang semakin berat sekonyong-konyongaku menjawab,

"Kalimat kapan dan awal itu ada setelah waktu ada bos, kalo Tuhan sendiri yang menciptakan waktu artinya Tuhan telah ada sebelum ada kalimat kapan dan awal bahkan dia yang menciptakan waktu bos" jawaban ku dengan ketus.

Sesaat suasana hening bos aku pun terpaku, dan kemudian mengucap kalimat "Subahanallah" berkali-kali, aku pun latah mengikutinya.

Tidak perlu waktu panjang bos kemudian menyimpulkan "BeratiTuhan juga tidak terkurung oleh ruang, hingga dia ada dimana saja, ruang juga yang ciptakan Dia"

"Mungkin memang seperti itu bos" jawab ku memakai kalimat mungkin karena Aku tidak tahu dasar dari Quran dan Hadits. Dan aku pun melanjutkan ceramah "Karena Tuhan tidak terikat waktu maka Dia bisa berada di jaman kapan saja, jadi Dia tidak akan lupa karena dia bisa datang ke masa lalu,dan Dia ada di masa sekarang, Dia juga bisa pergi ke masa depan, wajar saja kalau Dia Maha Tahu segalanya, dan tentu Dia sudah tahu nasib segalanya di akhirat nanti. Dia bersemayam di atas ‘Arsy yang terletak di sidadratul muntaha, sementara sidratul muntaha sendiri di atas langit yang ke tujuh. "senang rasanya melihat bos mangut-mangut mendengar aku bicara.

"Bisa jadi bos langit ketujuh itulah batas ruang dan waktu, karena saat Rasulullah SAW isra' mi'raj dia sampai di sidratul muntaha dan ketika pulang banyak hadis yang menceritakan keadaan di Neraka dan di Surga. Hanya 1 mahkluk yang mampu berada di sidratul muntaha yaitu Rasulullah karenamenurut riwayat juga, Jibril yang menemani tidak sanggup keluar dai langit ke 7".

Entah berapa kali aku dengar bos aku mengucap "Subahanallah".

Aku pun bertanya "Bos, kepengin tidak kaya Rasulullah tamasya bukan hanya ke luar negeri tapi keluar ruang dan waktu?"

Sekali lagi bos mengucap "Subahanallah"

Akhirnya cerita ini yaitu terbayar sudah semua rasa lelah kami dengan satu kalimat "Subahanallah". Rasa ikhlas pun tumbuh dihati, dan mampu memacu semangat kembali dan yang pasti jika sesuatu terjadi tak perlu lagi mencela yang lain.


Share


Jawa Tengah, 2011-01-19 : 04:02:39
Salam Hormat
Ahwan Retno Mr

Ahwan Retno Mr mulai gabung sejak tepatnya Rabu, 2010-12-01 08:32:10. Ahwan Retno Mr dilahirkan di Banjarnegara mempunyai motto Manis jangan segera ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan Manis terasa manis setalah mengunyah yang pahit
Puisi : 7 Karya
Cerita Pendek : 2 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Fiksi : 1 Karya
Berita : 1 Karya
Opini : 2 Karya
Surat dari Hati : 1 Karya
Filsafat : 2 Karya
Total : 17 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Ahwan Retno Mr


Isi Komentar Aku Terkurung Ruang dan Terbelenggu Waktu 393
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Aku Terkurung Ruang dan Terbelenggu Waktu 393 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Imajinasi adalah salah satu hak teristimewa yang dimiliki oleh setiap orang.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti