|
Pada suatu waktu, seorang filosof sahaya pernah bertanya :"Ada berapa Ombak di lautan..? Apa yang dibicrakan sebatang pohon dihadapanmu..?".
Pertanyaan singkat dan aneh ini memang sulit untuk kita jawab dengan kekuatan nalar kita dari sisi manapun. Akan tetapi, bila kita menengok kisah-kisah lama dalam ajaran agama manapun maka banyak hal yang menjelaskan bahwa sesungguhnya kita harus piawai dalam menanggapi suatu tanda-tanda. Seperti halnya Qabil yang mampu menerima Tanda / Isyarat burung gagak sehingga jenazah saudaranya yang telah dibunuh mampu dikuburkan di dalam tanah.
Apa yang disampaikan seorang filosof sahaya dan contoh kisah Qabil sesungguhnya adalah pelajaran bahwa kemampuan berkomunikasi semestinya tidak hanya terbatas sampai sebatas keterbatasan logika, yang selama ini telah menguasai alam fikiran manusia yang telah menjadikan kekuatan logika sebagai pucuk keputusan dan kebijaksanaan. Maka, jika keputusan atau kebijaksanaan yang hanya berlandaskan pada kekuatan alam fikiran relatifisme-positifisme ini, tidak lebih bagai BOM waktu yang akan memporak-porandakan tatanan kehidupan pada saatnya.
Hampir semua bencana besar di Indonesia (khususnya) yang merenggut banyak jiwa, kesulitan menangani bencana-bencana, sulitnya mengambil keputusan untuk suatu tindak darurat, merupakan wujud ketidak mampuan membaca akan tanda-tanda.
Persoalannya adalah bagaimana cara meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi kita dengan tanda-tanda...?
Sejarah Qabil sebagai satu kasus pelajaran adalah bahwa setelah Qabil membunuh saudaranya, ia sangat menyesal dan terus menerus dihantui suatu kesalahan dengan permohonan ampunan dan bertaubat. Maka, ketika sampai pada tingkatan tertentu akhirnya Qabil dapat menerima Tanda dari burung gagak. Terlepas apakah burung gagak ini baru melakukan penguburan temannya yang mati.. atau memang karena ciri khas burung gagak. Akan tetapi, konteknya adalah justru pada saat tingkatan tertentu dari rasa bersalah dan taubat Qabil, maka tanda itu mampu dicerna Qabil bahwa dia harus melakukan penguburan untuk saudaranya yang telah dibunuh.
Posisi Qabil dalam penyesalan adalah posisi manusia yang paling terendah saat itu, dan doa permohonan ampunan serta taubat telah memperkuat ketajaman rasa Qabil.
Dengan menarik garis sejarah itu, maka melalui peningkatan kualitas logika dengan doa, berdzikir, dan bertaubat kita akan mampu membaca tanda-tanda atau gejala-gejala dengan baik sehingga kita akan lebih siap dan mampu dalam menghadapi kejadian demi kejadaian (besar maupun kecil).
Jawa, 2011-03-14 : 03:54:37 Salam Hormat MIS Mutiara Sukma
MIS Mutiara Sukma mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2011-04-24 21:23:51. MIS Mutiara Sukma dilahirkan di Bandung mempunyai motto Jadikan diri sebagai haadiah bagi kebaikan untuk sesama.
Berita : 242 Karya Resensi : 30 Karya Opini : 33 Karya Puisi : 81 Karya Cerita Pendek : 6 Karya Sejarah : 2 Karya Cerita Bersambung : 3 Karya Laporan : 15 Karya Prosa : 3 Karya Biografi : 12 Karya Wacana : 2 Karya Filsafat : 48 Karya Kisah Nyata khusus Privacy : 4 Karya Pantun : 1 Karya : 4 Karya Lyrict : 1 Karya Surat dari Hati : 68 Karya Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya Total : 556 Karya Tulis
DAFTAR KARYA TULIS MIS Mutiara Sukma
Isi Komentar MEMBACA TANDA-TANDA 468
BACK
ATAU berikan Komentar mu untuk karya MEMBACA TANDA-TANDA 468 di Facebook
Terimakasih KASTIL CINTA KU ,
CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Komsentrasilah terhadap segala pekerjaanmu. Segala sesuatu tidak akan berhasil sampai Anda mendapatkan sebuah fokus.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti
|
|