|
Tulisan ini hanya untuk melengkapi Informasi tentang Gunung Kemukus. Sumber informasi ini langsung dari www.suaramerdeka.com/harian/0801/11/nas05.html
Berebut Tuah Pangeran Samudra
Banyak cara dilakukan untuk memperingati 1 Muharam 1929 H atau 1 Sura. Salah satunya dengan melaksanakan ritual di tempat-tempat yang dianggap bisa mendatangkan berkah, seperti di Gunung Kemukus. Berikut laporannya.
RATUSAN pengunjung objek ziarah Gunung Kemukus yang berasal dari Sragen dan sekitarnya, serta kota-kota di Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, Bali dan Kalimantan, bersama-sama melaksanakan larap slambu di kompleks makam Pangeran Samudra, Desa Pendem, Sumberlawang.
Prosesi itu sebagai pertanda pergantian tahun Jawa atau bertepatan dengan peringatan 1 Muharam 1429 H (1 Sura). Pengunjung yang datang sejak pagi hari berkumpul di lokasi makam untuk mengikuti prosesi larap. Bahkan, beberapa di antaranya datang dari jauh, bermalam di lokasi makam, hanya sekadar menunggu upacara itu pada esok harinya.
Mereka berharap berkah dari ritual tahunan itu, dengan berjuang memperoleh sisa air jamasan slambu dan kain mori penutup makam yang diyakini bertuah.
Prosesi larap slambu diawali dengan acara ritual intern juru kunci berupa tahlilan dan pembagian tumpeng pada malam 1 Sura. Juru kunci makam Hasto Pratomo menuturkan, acara itu bertujuan untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta atas berkah-Nya selama setahun lalu. Dan, berharap agar tahun yang akan datang diberi berkah serupa.
"Acara tahlilan dan doa-doa di mulai pukul 00.00 hingga selesai. Pelaksanaanya tahlilan di serambi Makam Samudra," kata dia.
Berebut Air
Keesokan harinya merupakan acara yang ditunggu-tunggu atau acara inti larap slambu. Sejak pukul 07.00 secara berangsur-angsur makam Pangeran Samudra yang merupakan keturunan Raja-raja Majapahit dipenuhi warga dan peziarah.
Air bunga setaman, slambu, dan kain mori diserahkan oleh juru kunci kepada Muspika. Saat larap slambu dilangsungkan, seluruh perangkat dan uborampe dikirab menuju ke aliran sungai yang bermuara di Kedungombo di sebelah timur Gunung Kemukus.
Di sana dua kendi berisi air bunga staman dan kain mori dilarung, sementara slambu dicuci oleh juru kunci.
Di sungai itu beberapa warga sudah menyambut dan berebut air bekas cucian slambu. Hal yang sama juga terjadi di lokasi pembilasan slambu, air sisa bilasan dari tujuh mata air di sekitar Gunung Kemukus menjadi rebutan.
Ada yang sengaja membawa ember, plastik atau botol air kemasan. Pokoknya tempat yang sekiranya bisa menampung air bilasan, dibawa. "Saya beruntung mendapatkan air bilasan meski sebotol, saya jadi tidak rugi jauh-jauh datang dari Salatiga," Ranu (38) warga Salatiga.
Haryono (52) asal Bojonegoro, Jawa Timur berharap air bekas jamasan yang didapatkannya membawa berkah pada usahanya. "Selama ini ritual nepi dan ngalap berkah di Kemukus bisa memperlancar usaha saya," kata bapak dua anak ini.
Pengunjung dari Palembang, Ruslan (35) menuturkan, dirinya sengaja menunggu selama setahun untuk bisa datang ke Gunung Kemukus. "Saya mengincar kain mori penutup Makam Panegran Samudra, menurut kepercayaan kain itu memiliki tuah," kata dia.
Para pengunjung Gunung Kemukus memiliki keyakinan sendiri-sendiri atas ritual itu. Meski begitu Pemkab Sragen melalui Dinas Pariwisata tetap memeprtahankan tradisi yang berumur ratusan tahun itu. Acara larap slambu diakhiri dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. (Budi Sarmun Santoso-46)
, 2011-03-20 : 21:49:33 Salam Hormat Ambar Wati
Ambar Wati mulai gabung sejak tepatnya Sabtu, 2010-10-23 09:23:04. Ambar Wati dilahirkan di Madura mempunyai motto Kecerdasan Generasi Muda dapat dimulai dari Budaya GEMAR MEMBACA
Puisi : 7 Karya Laporan : 5 Karya Biografi : 2 Karya Cerita Pendek : 2 Karya Berita : 18 Karya Surat dari Hati : 13 Karya : 1 Karya Opini : 1 Karya Surat Cinta : 1 Karya Total : 50 Karya Tulis
DAFTAR KARYA TULIS Ambar Wati
Isi Komentar Berebut Tuah Pangeran Samudra 495
BACK
ATAU berikan Komentar mu untuk karya Berebut Tuah Pangeran Samudra 495 di Facebook
Terimakasih KASTIL CINTA KU ,
CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Jika kita enggan mengerjakan yang kecil bagaimana mungkin bisa menjadi besar?
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti
|
|