Tulisan ini hanya sebuah catatan kecil ketika kami melakukan perjalanan ke Borobudur untuk melengkapi study kasus kami tentang nilai kekuatan energi suatu keyakinan dan kami sempat bermalam sampai 3 malam di kawasan sekitar Candi Borobudur.

Sesungguhnya tidak ada yang istimewa selama dalam perjalanan kami, akan tetapi setelah kami renungkan selama kami bermalam di salah satu Hotel di Jogja, sekaligus mempelajari data-data yang dapat kami himpun dari hari ke hari, ternyata setiap titik kehidupan banyak sekali mengandung pelajaran.

Oleh karena itu, dalam tulisan EDITORIAL kali ini kami beri judul PANORAMA KEHIDUPAN.

Renungan kejadian petama :

# Kami berangkat ke Jogja setelah Shalat Dzuhur. Kami hanya bertiga, yaitu Ayu, Ambar, dan aku. Ayu duduk di depan mendampingiku sementara Ambar duduk di jok bagian belakang.

Kurang lebih 3 jam perjalanan kami, kami sampai pada suatu perempatan jalan raya dengan lampu lalu lintas berwarna merah. Ketika mobilku berhenti, seorang wanita tua dengan anak kecil yang digendongnya menghampiri mobilku dari sebelah kiriku karena padatnya lalu lintas.


Biasanya, di dashboard aku telah menyiapkan beberapa koin dan recehan ribuan, tapi kali ini sama sekali tidak. Aku melihat Ayu sibuk mencari uang recehan atau ribuan dan ketika uang itu telah ditangan Ayu dan mau memberikannya, mobil dibelakangku telah membunyikan klaksonnya berkali-kali dan polisi dengan sigap agar aku segera berlalu.

Terpaksa aku menancap gasku dan meninggalkan pengemis tua sementara ayu masih memegang uang ribuan dengan bengong.


"Ya sudah belum rezekinya pengemis itu. Dan belum rezekinya kamu juga Yu untuk beramal". Kataku menghilangkan bengongnya Ayu. "Sayapun tidak tahu, biasanya sebelum berangkat telah disiapkan coin dan ribuan di sini".

"Iya Bu, saya juga tidak punya uang ribuan". Ambar nyeletuk dari blakang.

"Kalau tidak ada recehan, mengapa tidak lembaran seratusan saja Jeng... Kalau Aku sih memang tidak punya". Jawan Ayu sambil tertawa.

"Menurutmu, jika kita kasih Ibu Tua tadi dengan Seratus Ribu Rupiah, apakah itu tepat... menurut kalian..?". Tanyaku sambil pandangan tetap konsentrasi ke jalan raya.

Sejenak suasana dalam mobil menjadi senyap selain lagu-lagu lembut dari Irama Kenny G. Mungkin sedang mencari jawaban yang tepat.

"Sebenarnya, dengan 10%-nya dari posisi keuangan yang kita peroleh seratus ribu itu masih belum seberapa. Persoalannya, layak-kah uang seratus ribu itu kita berikan pada Pengemis itu...? Dan, siapa sih sebenarnya yang menanamkan timbulnya rasa layak atau tidaknya di hati kita..untuk kasus seperti ini...? Apakah ini hasil fikiran kita ataukah ada unsur lain yang berperan..". Penjelasanku untuk membantu pemikiran Ayu dan Ambar.

Bila saja pertanyaan seperti ini diajukan kepada banyak pihak, mungkin kita akan mendapat satu data tentang berapa angka yang layak untuk memberi atau sumbangan kita ke para Pengemis dan juga kita akan memperoleh satu informasi tambahan tentang sumber yang menimbulkan tingkat rasa layak besarnya pemberian.
Tobe contrinued