|
JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, saat ini penanaman ideologi Pancasila dapat diterapkan dalam mata pelajaran Kewarganegaraan. Namun, agar ideologi tersebut dapat berjalan maksimal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah proses pembelajaran.
Kelemahan proses pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah kita kuat di kognitif saja. Contohnya, ada anak tahu Pancasila, tetapi sikap dia tidak mencerminkan pengetahuan yang dia tahu itu. Arief Rachman
Arief, yang juga menjabat Duta UNESCO untuk Indonesia, menuturkan, dalam setiap proses pembelajaran harus meliputi tiga aspek, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (pengalaman). Begitu pula dengan penanaman ideologi Pancasila dalam pelajaran Kewarganegaraan. Ia menilai, ketika ketiga aspek tersebut tidak dijalankan secara seimbang, justru akan menjadi kelemahan dalam proses mengajar.
"Kelemahan proses pendidikan di Indonesia, pada umumnya, karena kita kuat di kognitif saja. Jadi, contohnya, ada anak tahu Pancasila itu apa, tetapi sikap dia tidak mencerminkan pengetahuan yang dia tahu itu," kata pria kelahiran Malang, 19 Juni 1942, ini, Kamis (5/5/2011).
Arief mengingatkan, gerakan Negara Islam Indonesia (NII) dan berbagai masalah lain dapat dengan mudah muncul ke permukaan jika hanya menekankan aspek kognitif dalam proses pembelajaran dan penerapan ideologi Pancasila.
"Salah satunya adalah mudahnya gerakan NII memasuki dunia pendidikan," ujar Arief.
Sebelumnya Arief juga mengatakan, bagian terpenting penanaman ideologi Pancasila di dunia pendidikan saat ini tidak hanya meliputi materi, tetapi juga sikap-sikap yang dibentuk dalam nilai Pancasila itu sendiri. Pasalnya, meskipun seorang anak diberikan mata pelajaran tersebut, belum tentu anak itu menjadi seorang pancasilais.
Arief menambahkan, ideologi Pancasila tetap relevan sampai kapan pun bagi bangsa Indonesia. Ia menilai, walaupun saat ini pelajaran Pancasila sudah tidak terdapat lagi dalam kurikulum, penanaman ideologi tersebut dapat secara langsung diterapkan dalam proses mengajar.
"Yang terpenting adalah mengaktualisasikan dalam contoh-contoh problematik saat ini, karena Pancasila tetap relevan," kata Arief.
Jawa, 2011-05-06 : 13:50:54 Salam Hormat MIS Mutiara Sukma
MIS Mutiara Sukma mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2011-04-24 21:23:51. MIS Mutiara Sukma dilahirkan di Bandung mempunyai motto Jadikan diri sebagai haadiah bagi kebaikan untuk sesama.
Berita : 242 Karya Resensi : 30 Karya Opini : 33 Karya Puisi : 81 Karya Cerita Pendek : 6 Karya Sejarah : 2 Karya Cerita Bersambung : 3 Karya Laporan : 15 Karya Prosa : 3 Karya Biografi : 12 Karya Wacana : 2 Karya Filsafat : 48 Karya Kisah Nyata khusus Privacy : 4 Karya Pantun : 1 Karya : 4 Karya Lyrict : 1 Karya Surat dari Hati : 68 Karya Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya Total : 556 Karya Tulis
DAFTAR KARYA TULIS MIS Mutiara Sukma
Isi Komentar Cukupkah Pendidikan Kewarganegaraan? 982
BACK
ATAU berikan Komentar mu untuk karya Cukupkah Pendidikan Kewarganegaraan? 982 di Facebook
Terimakasih KASTIL CINTA KU ,
CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Jangan remehkan hati nurani. Jangan remehkan perbuatan baik sekecil apapun.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti
|
|