|
Setengah jam menjelang adzan Dzuhur, dari kejauhan mata saya menangkap sosok tua dengan pikulan yang membebani pundaknya, dari bentuk yang dipikulnya, saya hapal betul apa yang dijajakannya, penganan langka yang menjadi kegemaran saya dimasa kecil, sewaktu saya tinggal di kampung.
Segera saya hampiri dan benarlah, yang dijajakannya adalah kue Bandros, yang terbuat dari terigu dan kelapa.
Satu yang paling khas dari penganan ini selain bentuknya yang setengah lingkaran dan juga murah, kebanyakan penjualnya adalah mereka yang sudah berusia lanjut.
"Tiga puluh tahun lebih bapak jualan Bandros ini,"
akunya kepada saya, dan saya tentu merasa senang bisa kembali menemukan jajanan saya semasa kecil dulu, sebab, sudah hampir langka penjual kue Bandros sekarang ini yang menggunakan bara arang sebagai pemanasnya.
"Sudah hampir Tiga jam berkeliling",
akunya, baru saya lah yang menghentikannya untuk membeli Bandrosnya.
"Kenapa bapak tidak mangkal saja agar tidak terlalu lelah berkeliling,"....
kata saya dengan penuh rasa iba, sambil menaksir usianya yang sudah di atas angka enam puluh tahunan itu......
"Bapak nggak pernah tahu dimana Allah menurunkan rezeki, jadi Bapak nggak bisa menunggu di satu tempat, dan rezeki itu memang bukan ditunggu tapi harus dijemput karena rezeki itu nggak ada yang nganterin,".........
jawabnya sedikit panjang lebar.
Inilah yang saya maksud dengan keuntungan dari obrolan-obrolan ringan yang bagi sebagian orang tidak menganggap penting berbicara dengan orang yang dianggap biasa-biasa saja seperti Pak Hasan penjual kue Bandros ini.
Sebetulnya kadang kala dari mereka lah pelajaran-pelajaran penting bisa didapat, beruntung saya bisa berbincang dengannya dan karenanya ia mengeluarkan petuah yang saya tidak memintanya, tapi itu sungguh penuh makna bagi saya.
"Setiap langkah kita dalam mencari rezeki ada yang menghitungnya, dan jika kita ikhlas dengan semua langkah yang kadang tak menghasilkan apa pun itu, cuma ada dua kemungkinan, kalau tidak Allah mempertemukan kita dengar rezeki di depan sana, biarkan ia menjadi tabungan amal kita nanti,"......
sebaris kalimat
meluncur deras dari bibir Pak Hasan, meski agak parau terdengar suaranya.
"Tapi kan bapak sudah tua untuk terus menerus memikul dagangan seperti ini"......
pancing saya, agar keluar terus untaian hikmahnya.
Benarlah, ia memperlihatkan bekas hitam di pundaknya yang mengeras,......
"Pundak ini, juga telapak kaki yang pecah-pecah ini mudah-mudahan akan menjadi saksi di akhirat nanti bahwa Bapak tak pernah menyerah menjemput rezeki.".....
Jawab Pak Hasan sambil menunduk melihat telapak kakinya.
Subhanallah, tidak semua orang memiliki bekas dari sebuah pengorbanan menjalani kerasnya tantangan dalam menjemput rezeki, tidak semua orang harus melalui jalan panjang, panas terik, deras hujan dan bahkan tajamnya kerikil untuk membuka harapan esok pagi, tidak semua orang harus teramat sering menggigit jari menghitung hasil yang kadang tak sebanding dengan deras peluh yang berkali-kali dibasuhnya sepanjang jalan, dan Pak Hasan termasuk bagian dari yang tidak semua orang itu, dan Allah takkan salah menjumlah semua langkahnya juga Allah tak mungkin lupa menampung setiap tetes peluhnya dan kemudian mengumpulkannya sebagai tabungan amal kebaikan.......
Sewaktu kecil saya sering kali membeli kue Bandros, tidak hanya karena enak rasanya melainkan juga harganya pun murah, sekarang ditambah lagi, Bandros tak sekadar nikmat dan murah, tapi Pak Hasan pedagangnya membuat kue Bandros itu semakin lezat dengan kata-kata hikmahnya.
Terimakasih Pak Hasan atas semua petuah-petuahnya.
s alam ukhuwah fillah�█║▌│█│║▌║│█║║▌│║ █
cepsasdika.blogspot.com�
�

Jawa Barat, 2012-07-06 : 22:45:08 Salam Hormat Eden Jay
Eden Jay mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2012-02-05 20:04:15. Eden Jay mempunyai motto
Resensi : 12 Karya Filsafat : 3 Karya Cerita Pendek : 3 Karya Puisi : 4 Karya Total : 22 Karya Tulis
DAFTAR KARYA TULIS Eden Jay
Isi Komentar MENJEMPUT REZEKI 3871
BACK
ATAU berikan Komentar mu untuk karya MENJEMPUT REZEKI 3871 di Facebook
Terimakasih KASTIL CINTA KU ,
CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Setiap kegagalan membawa satu benih kesuksesan.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti
|
|